Khutbah Jumat 2 Mei 2025: Pentingnya Pendidikan Untuk Generasi Muda

Sedang Trending 9 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) nan jatuh pada tanggal 2 Mei 2025 menjadi momen krusial untuk merenungkan kembali peran pendidikan dalam membentuk generasi muda nan unggul. Dalam khutbah Jumat kali ini, disorot pentingnya pendidikan sebagai landasan utama pembangunan bangsa dan pembentukan karakter pemuda Muslim.

Di tengah maraknya perilaku negatif seperti tawuran dan penyalahgunaan narkoba, pendidikan karakter menjadi tembok utama perlindungan generasi muda. Pendidikan tidak hanya berfaedah sebagai sarana transfer ilmu, tetapi juga membentuk pribadi nan beragama dan bertakwa kepada Allah SWT.

Mengutip pesan Ki Hadjar Dewantara bahwa "Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia", khutbah ini membujuk semua pihak untuk aktif dalam menciptakan pendidikan nan berkualitas. Hal ini selaras dengan tema Hardiknas 2025: "Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua."

Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam membina para pemuda, seperti Ali bin Abi Thalib, juga menunjukkan sungguh pentingnya peran pendidikan sejak usia dini. Interaksi positif antara pendidik dan generasi muda menjadi kunci untuk menanamkan nilai-nilai adab dan ketaatan nan kokoh.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang nan menentukan masa depan Indonesia, termasuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Melalui pendidikan inovatif nan memadukan teknologi, kreativitas, dan nilai-nilai luhur Pancasila, generasi muda bakal lebih siap bersaing di tingkat dunia dan membangun bangsa nan beradab.

Berikut contoh khutbah Jumat dengan tema pendidikan, seperti dikutip dari laman jakarta.nu.or.id.

Khutbah I: Fenomena Kenakalan Remaja

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (الطور: ٢١). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jumat nan dirahmati Allah!

Kita sering kali disuguhkan dengan buletin tentang anak-anak remaja nan tawuran, dan tidak segan-segan melukai satu sama lain. Bahkan sampai membikin nyawa melayang. Tak hanya itu, pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba dengan pelaku anak-anak juga kerap kali kita temukan di pemberitaan media-media nasional.

Beberapa kejadian pemuda negatif seperti ini bukan merupakan angan pemimpin pertama bangsa ini, Ir Soekarno nan pernah berbicara “Beri saya sepuluh pemuda, niscaya bakal kuguncangkan dunia”. Ini merupakan ungkapan nan menjelaskan bahwa peran pemuda dalam perkembangan bangsa sangat strategis.

Tidak heran jika Nabi menyebut pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin nan setara dalam urutan tujuh golongan nan mendapatkan naungan Allah di hari akhir, sebagaimana hadits nan diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 1, laman 133:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

Artinya, “Tujuh golongan nan mendapatkan naungan Allah pada hari nan tiada naungan selain dari Allah. Pertama, pemimpin nan adil. Kedua, pemuda nan tumbuh dalam perilaku ibadah kepada Allah.”

Hal ini nan menjadikan Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan pemuda di awal-awal Islam. Tercatat sebagai orang kedua masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib di usia 10 tahun. Nabi menyadari bahwa pemuda lebih mudah menerima kebenaran dari pada orang nan lebih tua nan sudah mempunyai kepercayaan mengakar dalam pikiran.

Hal ini ditegaskan pemimpin Ibn Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, juz 5, laman 127:

فَذَكَرَ تَعَالَى أَنَّهُمْ فِتْيَةٌ وَهُمُ الشَّبَابُ، وَهُمْ أَقْبَلُ لِلْحَقِّ وَأَهْدَى لِلسَّبِيلِ مِنَ الشُّيُوْخِ الَّذِيْنَ قَدْ عَتَوْا وَانْغَمَسُوا فِي دِينِ الْبَاطِلِ

Artinya, “Allah menyebut bahwa mereka (Ashabul Kahfi) adalah para pemuda. Pemuda adalah generasi nan lebih mudah menerima kebenaran dan petunjuk dari pada generasi tua nan telah terdoktrin kepercayaan aliran kepercayaan nan menyimpang.”

Lanjutan Khutbah I: Tantangan Mendidik Generasi Muda

Hadirin sidang Jumat nan dirahmati Allah!

Ada tantangan berat mendidik dan mengarahkan generasi pemua lantaran usia nan tetap labil dan ditambah lagi dengan pola pergaulan saat ini nan penuh dengan perilaku negatif. Oleh lantaran itu, Nabi melakukan beberapa perihal untuk membentuk generasi pemuda mempunyai karakter dan perilaku nan positif.

Pertama, berinteraksi dengan pemuda untuk menanamkan nilai-nilai kepercayaan dan karakter. Hal ini sangat krusial lantaran perihal ini dapat menjadi tameng bagi para pemuda dalam menerima info dan budaya negatif.

Hal ini tergambar dalam hadits nan diriwayatkan Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibni Majah, juz 1, laman 23:

عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا

Artinya, “Dari Jundub bin Abdullah, dia berkata, ketika kami berbareng Nabi, kami di usia pemuda nan kuat. Kami belajar ketaatan sebelum mempelajari Al-Qur`an, kemudian kami mempelajari Al-Quran. Kami merasakan kepercayaan dan perilaku kami semakin baik dengan pola pendidikan itu.”

Hadirin sidang Jumat nan dirahmati Allah!

Kedua, memberikan ruang dan kesempatan bagi pemuda untuk melakukan peran sosial sebagai latihan penanaman karakter tanggung jawab di dalam diri mereka. Selain itu, perihal ini juga dapat mengisi ruang waktu kosong pemuda, sehingga tidak dihabiskan untuk melakukan hal-hal nan negatif.

Hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam hadits nan dikutip oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, juz 2, laman 354:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، قَالَ: فَسَلَّمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ، فَأَبْطَأْتُ عَلَى أُمِّي، فَلَمَّا جِئْتُ قَالَتْ: مَا حَبَسَكَ؟ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ، قَالَتْ: مَا حَاجَتُهُ؟ قُلْتُ: إِنَّهَا سِرٌّ، قَالَتْ: لَا تُحَدِّثَنَّ بِسِرِّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدًا قَالَ أَنَسٌ: وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًا لَحَدَّثْتُكَ

Artinya, “Dari Anas, dia berkata, Rasulullah mendatangiku ketika saya sedang bermain berbareng pemuda lain. Ia menyampaikan salam padauk (menyapaku), kemudian memintaku untuk mencarikan kebutuhan, lampau saya mendatangi ibuku. Ketika saya tiba, ibuku bertanya, ada apa denganmu? Aku menjawab, Rasulullah memintaku untuk mencari kebutuhan. Ibuku bertanya, apakah kebutuhannya? Aku menjawab, maaf, ini adalah rahasia. Ibuku berkata, jangan Anda bicarakan rahasia Rasulullah kepada siapapun. Anas berkata, demi Allah, jika saya perlu menceritakan perihal tersebut, pasti saya bakal ceritakan kepadamu.”

Lanjutan Khutbah I: Memposisikan Pemuda Sejajar dengan Orangtua

Hadirin sidang Jumat nan dirahmati Allah!

Ketiga, memposisikan pemuda secara sejajar dengan orang tua di dalam hubungan sosial. Memberikan kewenangan kepada pemuda hal-hal nan menjadi haknya, sehingga tidak dikesampingkan hanya lantaran keberadaan orang tua.

Hal ini tergambar dalam hadits nan diriwayatkan pemimpin al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 3, laman 130:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلاَمٌ وَعَنْ يَسَارِهِ الأَشْيَاخُ، فَقَالَ لِلْغُلاَمِ: أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلاَءِ؟»، فَقَالَ الغُلاَمُ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لاَ أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا، قَالَ: فَتَلَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَدِهِ

Artinya, “Sesungguhnya Rasaulullah pernah diberikan minuman, kemudia Nabi meminumnya. Di sisi kanan Nabi, ada pemuda, sedangkan di sisi kiri Nabi, ada orang tua. Nabi berbicara kepada pemuda, apakah Anda mengizinkan saya memberikan minuman ini kepada orang tua itu? Pemuda itu menjawab, demi Allah, tidak, wahai Rasulullah. Aku tidak bakal mengutamakan bagianku darimu kepada siapapun. Sahl bin Sa’d (sahabat perawi hadits ini) berkata, Rasulullah akhirnya memberikan minuman kepada pemuda tersebut.”

Hadirin sidang Jumat nan dirahmati Allah!

Pada momen nan mulia ini, marilah kita memberikan perhatian dan pengawasan kepada para pemuda penerus bangs aini agar tidak terjerumus pada perilaku negatif nan dapat merugikan mereka dan kita semua. Kita berambisi dan bermohon kepada Allah agar generasi pemuda Indonesia diberikan pengarahan dan petunjuk untuk selalu berada di jalan nan baik dan dapat menjadi angan Indoensia Emas di masa nan bakal datang. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II: Penutup dan Doa

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

‎ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، ‎اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Selengkapnya