Ihsg Diramal Parkir Ke Level 8.000 Tahun Ini

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mencapai level 8.000 di tahun 2025. Optimisme ini muncul seiring potensi perang dagang di era kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat (AS).

Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, optimisme itu menyusul beberapa information ekonomi Indonesia yang terjaga, seperti inflasi dan daya beli.

"Meskipun sekarang pelaku pasar masih menunggu berita positif dari world dan dalam negeri, kami masih optimis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dari dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga," kata Rully dalam acara Media Day, Jakarta, Selasa (14/1/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk inflasi, kata Rully, Indonesia menunjukkan penurunan yang didorong oleh stabilitas harga bahan makanan. Ia memperkirakan, harga bahan makanan akan tetap stabil tahun depan dengan catatan tanpa gangguan cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi produksi pangan.

Menurutnya, stabilnya harga bahan makanan dan serta pembatasan pemberlakuan efektif pajak pertambahan nilai (PPN) 12% khusus barang dan jasa mewah menjadi faktor positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.

Di sisi makroekonomi Indonesia, Rully memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5% dengan posisi suku bunga acuan 5,5% pada akhir tahun.

Menurutnya, kondisi pasar yang masih berfluktuasi tajam dan antisipasi terhadap efek dari kebijakan Trump, Bank Indonesia (BI) berpeluang menurunkan suku bunga acuannya pada semester II 2025.

"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada 2025," tutupnya.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Proprietary Investment PT Mirae Asset Sekuritas, Handiman Soetoyo, memprediksi dividen 2025 turun dibanding tahun sebelumnya akibat adanya kejadian yang di luar kebiasaan pada tahun lalu, terutama dari dividen spesial PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) senilai Rp 41,53 triliun.

Perusahaan-perusahaan dengan dividen tinggi tersebut, kata Handiman, berpotensi kembali menawarkan dividen yang menarik tahun ini terutama berkaca pada catatan historis pembayaran dividen tahun lalu.

Pada 2025, Handiman mencatat nilai dividen yang dibagikan perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2024 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa Rp 364,2 triliun atau tumbuh 1,9%.

Nilai dividen Rp 364,2 triliun yang dibagikan pada 2024 tersebut mencakup dividen tahun buku 2023, termasuk dividen interimnya. Untuk musim dividen, dia mengatakan puncak musim dividen setiap tahunnya jauh pada Maret-Juni dan di sepanjang kuartal IV.

Sepanjang 2024, sektor keuangan dan energi masih menjadi dua sektor dengan kontribusi dividen terbesar dengan kontributor utama seperti ADRO, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

"Hal ini mengonfirmasi kedua sektor tersebut masih menjadi sektor yang paling menarik bagi investor yang mengincar dividen," tuturnya.

Tahun lalu, kata Handiman, jumlah perusahaan tercatat yang membagikan dividen juga semakin meningkat yaitu 342 perusahaan dari 323 perusahaan pada 2023 seiring dengan bertambahnya emiten baru di pasar saham.

Meskipun naik secara jumlah, rasio perusahaan pembagi dividen dengan full perusahaan yang listing di bursa turun yaitu 38,3% pada 2024 dari 39,4% pada 2023 seiring dengan lebih sedikitnya perusahaan tercatat baru yang membagikan dividen.

(rrd/rrd)

Selengkapnya