ARTICLE AD BOX
Menurut situs resmi Earth Day, peringatan Hari Bumi pertama kali digagas pada tahun 1970 oleh Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin, Amerika Serikat.
Momen ini dimaksudkan sebagai seremoni tahunan untuk menghargai beragam pencapaian dalam aktivitas pelestarian lingkungan, sekaligus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga sumber daya alam demi masa depan.
Inspirasi Nelson muncul dari kejadian tumpahan minyak besar nan terjadi di Santa Barbara, California, pada Januari 1969. Peristiwa tersebut menjadi salah satu musibah lingkungan terbesar di Amerika kala itu, apalagi hingga sekarang tercatat sebagai nan terparah di wilayah California. Kejadian tersebut mendorong Nelson untuk menginisiasi aktivitas perlindungan lingkungan.
Melihat semangat mahasiswa dalam demonstrasi menentang perang saat itu, Nelson pun terdorong untuk mengangkat rumor lingkungan melalui pendekatan serupa. Ia mencetuskan buahpikiran agar para pengajar dan mahasiswa menggelar obrolan unik mengenai kondisi lingkungan.
Tanggal 22 April 1970 dipilih sebagai waktu nan tepat, lantaran berada di antara masa libur musim semi dan ujian akhir semester, sehingga memungkinkan banyak mahasiswa untuk terlibat.
Gagasan ini berkembang pesat dan sukses menarik perhatian jutaan penduduk Amerika. Pada Hari Bumi pertama, masyarakat ikut serta dalam beragam tindakan seperti pembersihan sungai, unjuk rasa, dan edukasi lingkungan.
Sejak itu, Hari Bumi tak lagi hanya dirayakan di Amerika, tapi menjadi aktivitas dunia nan membujuk seluruh bumi untuk lebih peduli terhadap keberlangsungan bumi.
Meski umumnya diperingati setiap 22 April, ada pula pihak nan memilih memperingatinya pada momen ekuinoks musim semi, ialah ketika mentari berada tepat di atas garis khatulistiwa. PBB sendiri menetapkan tanggal 20 Maret sebagai Hari Bumi, berasas pendapat John McConnell pada tahun 1969. Tradisi ini dikenal dengan julukan Ekuinoks Maret.
Saat ini, lebih dari 175 negara merayakan Hari Bumi, nan dikoordinasikan oleh Earth Day Network. Namun di Indonesia, kesadaran tentang Hari Bumi belum sepopuler Hari Lingkungan Hidup Sedunia nan diperingati setiap 5 Juni.
Meskipun serupa dalam semangatnya, keduanya mempunyai latar belakang sejarah nan berbeda. Hari Bumi lahir dari aktivitas masyarakat, sementara Hari Lingkungan Hidup Sedunia berasal dari Konferensi PBB di Stockholm tahun 1972, nan juga dihadiri oleh perwakilan Indonesia, Prof. Emil Salim.
Pada intinya, baik Hari Bumi maupun Hari Lingkungan mempunyai tujuan nan sama, ialah membujuk masyarakat untuk peduli terhadap kondisi lingkungan nan kian terancam.
Maka dari itu, peringatan Hari Bumi hendaknya tidak sekadar menjadi momen seremonial, tetapi kudu diiringi dengan tindakan nyata untuk menjaga dan melestarikan bumi.
Tanggung jawab ini bukan hanya milik satu orang alias kelompok, melainkan tanggungjawab seluruh penunggu bumi. Kesadaran menjaga alam perlu ditanamkan sejak awal dan terus dipupuk agar bumi tetap lestari hingga masa depan.