ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta Kementerian Sosial Republik Indonesia, melalui Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS), merespons dengan sigap setelah beredarnya video viral nan menampilkan dua anak sedang memulung di area Sentul, Kabupaten Bogor. Kedua anak tersebut adaah Shakeil Rahadian Sya'bana (9) dan adiknya Shakila Nur Faizah (4) nan terlihat memulung sepulang sekolah tanpa pengawasan orang tua.
Situasi ini langsung menarik perhatian Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), nan segera menginstruksikan tim STIS untuk melakukan asesmen dan memberikan intervensi kepada family mereka.
Gerak Cepat Berbagai Tim Terkait
Menindaklanjuti pengarahan tersebut, tim STIS berbareng sejumlah pihak terkait, seperti Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Program Keluarga Harapan (PKH), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), kader, Karang Taruna, serta abdi negara kecamatan dan kelurahan nan segera mengunjungi tempat tinggal family tersebut nan berada di sebuah kontrakan sederhana di Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong.
Dalam asesmen awal, Shakeil menyebut bahwa dia memulung atas kemauannya sendiri. “Saya mau sendiri. Saya suka, saya pengen,” ujar Shakeil. Namun hasil penelusuran menunjukkan bahwa aktivitas memulung merupakan kebiasaan family sebagai sumber penghasilan harian.
Keluarga Shakeil termasuk dalam kategori prasejahtera. Sang ayah mengandalkan pekerjaan serabutan sebagai pemulung dan pekerja gedung untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sementara sang ibu baru saja melahirkan anak ketiga mereka nan diberi nama Sulthan.
Berkat support dari pihak RW setempat, ayah Shakeil sekarang mendapat pekerjaan sebagai petugas keamanan di sebuah pusat kebugaran. Namun demikian, kondisi ekonomi family tetap belum stabil, apalagi untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bayar sewa kontrakan mereka.
Sebagai corak intervensi awal, STIS memberikan support ATENSI berupa:
• Sembako, nutrisi, vitamin, dan perlengkapan kebersihan diri
• Perlengkapan sekolah untuk Shakeil dan Shakila seperti tas, sepatu, perangkat tulis, dan buku.
• Sepeda edukatif untuk Shakeil dan Shakila
• Nutrisi dan busana bayi untuk adik mereka, Sulthan
Fasilitasi Pemenuhan Dokumen Pendudukan
Tak hanya memberikan support material, STIS turut membantu dalam pengurusan arsip kependudukan keluarga. Sebelumnya, family ini belum mempunyai arsip nan lengkap. Bahkan Shakeil, nan sekarang berumur 9 tahun, belum mempunyai akta kelahiran. Sang ibu pun tetap tercatat sebagai penduduk Jakarta Barat.
Melalui koordinasi dengan pihak kecamatan dan dinas terkait, sekarang seluruh arsip kependudukan family telah sukses dilengkapi, termasuk akta kelahiran, kartu keluarga, serta Kartu Identitas Anak (KIA).
“Kami bantu fasilitasi agar Shakila dan adiknya nan tetap bayi bisa punya akta. Sekarang info kependudukan mereka sudah komplit sebagai penduduk di sini,” ujar Ghina Pratiwi, pendamping PKH Kelurahan Pakansari.
Keluarga juga telah didaftarkan dalam pangkalan info penerima bansos untuk memastikan keberlanjutan bantuan.
Kepala STIS, Romal Uli Jaya Sinaga, menyatakan bahwa Shakeil merupakan anak nan pandai dan aktif. Saat ini dia duduk di kelas 2 SDN Cibinong 4, dan menunjukkan keahlian luar biasa dalam menggambar dan berhitung. STIS merekomendasikan Shakeil untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Rakyat Kabupaten Bogor mulai tahun depan.
Meski saat ini Sekolah Rakyat baru tersedia untuk tingkat SMP, Pemerintah Kabupaten Bogor berencana membuka jenjang SD dalam waktu dekat.
“Kami bakal kawal proses pendidikannya, lantaran potensi anak ini luar biasa,” tegas Romal.
Ia juga menyampaikan pesan unik dari Menteri Sosial agar Shakeil diprioritaskan masuk Sekolah Rakyat dan terus mendapatkan pendampingan.
Diharapkan dengan adanya intervensi ini, family Shakeil bisa bangkit dan hidup dengan lebih layak. Kementerian Sosial berkomitmen datang dan melindungi anak-anak Indonesia, terutama mereka nan rentan terhadap pengabaian, eksploitasi, dan putus sekolah.