ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah unggahan keliru di media sosial X mengguncang pasar saham Amerika Serikat pada Senin pagi, (7/4/2025). Informasi tak berasal tentang kemungkinan penundaan tarif selama 90 hari memicu lonjakan indeks sebelum dibantah langsung oleh Gedung Putih.
Melansir CNN.com, berita ini bermulai dari wawancara Fox News dengan Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, sekitar pukul 08.30 waktu setempat. Dalam wawancara tersebut, Hassett ditanya apakah Presiden Donald Trump bakal mempertimbangkan jarak tarif selama 90 hari.
Hassett menjawab, "Presiden (akan) memutuskan apa nan presiden bakal putuskan," tanpa memberikan kepastian soal kebijakan tersebut. Meski tidak mengandung konfirmasi, pernyataan itu langsung memicu spekulasi liar di media sosial.
CNN mencatat bahwa akun berjulukan "Hammer Capital" dengan handle @yourfavorito menjadi nan pertama menyebarkan klaim tersebut pada pukul 10.11 pagi. "Hassett says Trump will consider 90-day pause in tariffs," tulis akun itu kepada sekitar 1.000 pengikutnya.
Satu menit kemudian, akun terkenal @DeItaone, nan dikenal sebagai "Walter Bloomberg", mengutip ulang pernyataan itu. "HASSETT: TRUMP TO CONSIDER 90-DAY TARIFF PAUSE," tulisnya sembari menambahkan emoji sirene merah.
Saat itu, indeks saham nan sebelumnya sempat melemah langsung melonjak di lantai perdagangan Bursa Saham New York. CNN melaporkan bahwa terdengar sorakan para trader saat diagram berubah arah secara mendadak.
Di siaran langsung CNBC, para pembawa aktivitas tampak bingung mencari tahu penyebab lonjakan mendadak tersebut. Pembawa aktivitas CNBC David Faber dan rekan-rekannya di jaringan bertanya-tanya tentang "berita utama" nan memicu itu, mencari peringatan jasa buletin alias indikasi lain tentang apa nan dapat menyebabkan pergerakan pasar saham di layar komputer mereka.
Pada pukul 10:15 pagi, pembawa aktivitas CNBC membaca buletin di udara. "Saya pikir kita bisa mengikuti buletin utama ini, rupanya Hassett telah mengatakan Trump bakal mempertimbangkan jarak tarif selama 90 hari untuk semua negara selain China," kata pembawa aktivitas Carl Quintanilla.
"Kami mencoba mencari sumbernya dengan tepat dari mana asalnya," Faber segera menambahkan. CNBC menayangkan "berita utama" di layar kurang dari semenit kemudian. "HASSETT: TRUMP MEMPERTIMBANGKAN PENGHENTIAN TARIF 90 HARI UNTUK SEMUA NEGARA KECUALI CHINA," demikian bunyi spanduk CNBC, seolah-olah buletin itu telah dikonfirmasi.
Pada pukul 10:19, Reuters memberi tahu komentar nan diduga itu, mengutip CNBC. Saham kemudian turun lantaran Gedung Putih dengan tegas membantah buletin utama nan dimaksud. Reporter CNBC segera melaporkan penyangkalan Gedung Putih, dan Reuters memperbarui beritanya, kemudian mengeluarkan peringatan pada pukul 12:28 siang nan menarik peringatan awal beserta pernyataan bahwa instansi buletin itu "menyesali kesalahannya."
Akun "Walter Bloomberg" tampaknya meminjam namanya dari instansi buletin finansial Bloomberg untuk mendapatkan kredibilitas. Akun tersebut, nan mempunyai lebih dari 800.000 pengikut, sering kali mengunggah buletin terkini nan jeli dari Bloomberg, Reuters, dan instansi buletin lainnya. "Hammer Capital" juga mengunggah buletin utama, serta meme pasar saham.
Baik akun tersebut maupun "Hammer Capital" tidak mempublikasikan identitas original mereka. Keduanya mempunyai tanda centang biru pada X, nan digunakan untuk menunjukkan identitas pemegang akun telah diverifikasi.
Namun, ketika Musk mengambil alih jasa nan sebelumnya dikenal sebagai Twitter, dia mengubah tanda centang biru menjadi jasa berbayar, nan berfaedah siapa pun dapat bayar agar tampak terverifikasi dan agar kiriman mereka disebarluaskan di linimasa orang lain.
Setelah kerugian finansial terjadi, "Walter Bloomberg" menghapus kiriman tersebut, menyatakan bahwa mereka pertama kali melihatnya di Reuters, dan para pelaku pasar bertanya-tanya apa nan baru saja terjadi. "Hammer Capital" mengatakan pada X bahwa mereka pertama kali memandang buletin tersebut di Reuters dan CNBC, meskipun buletin kilat Reuters muncul pada pukul 10:19 pagi, nan berasal dari CNBC.
Seorang ahli bicara CNBC mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Saat kami mengejar buletin pergerakan pasar secara langsung, kami menayangkan info nan belum dikonfirmasi dalam sebuah spanduk. Reporter kami dengan sigap melakukan koreksi."
Hammer Capital membantah telah mengarang titel berita. "Untuk memperjelas sebisa mungkin, meja perdagangan mulai mengirimkan titel buletin ini pada pukul 10:09. Saya mengatakan apa nan pasar bereaksi terhadapnya, kepada 600 pengikut saya. Itu adalah interpretasi nan salah dari wawancara Fox News," tulis mereka pada Senin sore.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: 13 Emiten Antre Bagi Dividen Usai Libur Lebaran
Next Article Video: Ada Darurat Militer, Saham Emiten Korsel di Bursa AS Anjlok