Gangguan Pendengaran Bikin Anak Jadi Speech Delay? Ini Kata Dokter

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Keterlambatan bicara alias speech delay pada anak krusial untuk diwaspadai. Sebab ini bisa menjadi indikasi masalah perkembangan pada anak alias kondisi medis lainnya.

Anak nan mengalami speech delay kemungkinan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri alias memahami orang lain. Pada umumnya anak menirukan perkataan nan dia dengar dari orang tuanya.

Dokter ahli THT, Dr. dr. Tri Juda Airlangga mengatakan bahwa speech delay ada kaitannya dengan gangguan pendengaran. Bila pendengarannya bermasalah, anak bisa merasa kesulitan memahami dan menguasai kosakata spesifik.

Hal ini bakal membatasi keahlian anak meniru kata-kata dan menggunakan bahasa dengan benar. Jika tidak terdeteksi sejak dini, kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan.

"Perlu dipahami, gangguan pendengaran merupakan salah satu aspek nan kerap menyebabkan terjadinya speech delay pada anak. Biasanya gangguan pendengaran pada anak baru bisa diketahui saat mereka usia 1-2 tahun," kata Dr. dr. Tri Juda Airlangga dalam akun Youtube Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, Selasa (18/3/2025).

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa selain gangguan pendengaran, speech delay dapat dipengaruhi oleh aspek medis lainnya seperti mempunyai riwayat family dengan keterlambatan bahasa dini, gangguan saraf, berat badan nan rendah, autisme, gangguan pada organ mulut dan lahir kuning.

Pertanda lain nan dapat menjadi indikasi keterlambatan bicara adalah anak tidak babbling, menunjuk, alias tidak mengikuti gerak-gerik orang tua. Serta kurangnya respons anak ketika diajak berinteraksi dengan orang tua alias orang lain.

"Untuk itu sebaiknya disarankan para orang tua agar melakukan screening saat anak sebelum berumur 1 bulan. Apabila ditemukan kecurigaan terjadi speech delay pada anak orang tua sebaiknya berkonsultasi langsung dengan master ahli anak alias master ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT)," paparnya.

Adapun sejumlah tes nan yang dilakukan untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi ialah Brain Evoked Response Auditory (BERA) dan tes skrining lanjutan dari otoacoustic emission (OAE).

Tes BERA dapat digunakan sebagai penemuan awal gangguan pendengaran lantaran dapat dipergunakan pada segala usia, tidak tergantung pada kondisi bayi sedang tidur alias bangun, dan merupakan perangkat penemuan nan efektif untuk mengukur abnormalitas telinga bagian tengah dan dalam.


(miq/miq)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Indonesia Melesat, Ternyata Ini Faktornya!

Selengkapnya