Cerita Tokoh Islam Arab Saudi Putuskan Hidup Jadi Ateis, Ini Ceritanya

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan hidup Abdullah Al Qasemi barangkali menjadi anomali. Qasemi nan semula tokoh intelektual dan ahli filsafat Islam berubah menjadi ateis dan menentang aliran Islam nan pernah jadi perhatian khususnya.

Perjalanan hidup Abdullah Al Qasemi bermulai pada 1907 di Buraydah, Arab Saudi. Sejak lahir, dia selalu diberi nilai-nilai pendidikan kepercayaan Islam. Sang Ayah diketahui sangat rutin memberi pelajaran Islam ke Qasemi sejak tetap dini. Qasemi pun tak kuasa menolak dan hanya bisa manut lantaran tetap kecil.

Seiring waktu, Qasemi tumbuh sebagai anak nan religius dan cerdas. Dia suka mempelajari pengetahuan hadis, norma Islam, serta bahasa dan sastra Arab. Bahkan, kecerdasannya sukses membawa Qasemi berkuliah di kampus Islam bergengsi, ialah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Saat berkuliah, dia mulai dikenal sebagai tokoh intelektual nan menawarkan pendapat baru soal pola pikir bangsa Arab. Mengutip Al Arabiya, Qasemi sempat mendorong negara-negara Arab mengedepankan unsur logis agar terbebas dari pemikiran mitologis.

Selain itu, dia juga memihak aktivitas Salafi. Pembelaan ini dituangkan dalam beragam karya dan orasi ilmiah. Sebagai catatan, menurut situs Britannica, aktivitas Salafi adalah aktivitas Islam nan berupaya meniru praktik al-salaf al-salih alias para pendahulu nan saleh. Pendahulu nan dimaksud merujuk pada generasi awal umat Islam selama dan setelah masa hidup Nabi Muhammad.

Atas dasar ini, penganut Salafi, termasuk Qasemi, berpegang teguh pada Al-Qur'an, hadis, dan konsesus ulama. Mereka menolak bid'ah dan mendukung penerapan hukum Islam. Meski demikian, support Qasemi terhadap Salafi membikin pihak kampus geram. Alhasil, pada 1931 dia dikeluarkan dari Al-Azhar.

Setelah tak lagi jadi mahasiswa, pemikiran Qasemi seketika berubah. Dari semula anak religius berkah orang tua, pendukung Salafi garis keras, kemudian beranjak jadi orang nan meninggalkan tanggungjawab kepercayaan Islam. Puncaknya, dia memantapkan diri sebagai ateis alias tidak mengakui adanya Tuhan.

Keputusan menjadi ateis ini membikin heran banyak orang. Apalagi, dibarengi juga oleh terbitnya karya-karya baru. Salah satu nan kontroversial adalah The Lie to See God Beautiful. Lewat kitab itu, dia mempertanyakan kerasionalan dan dogma kepercayaan nan selama ini dianut masyarakat.

Atas dasar ini, Qasemi jadi hujatan banyak orang dan musuh masyarakat. Perlahan, Buku-buku dan karya lainnya nan mengkritik kepercayaan dilarang banyak negara Timur Tengah.

Banyak juga pihak nan memintanya dihukum meninggal lantaran upayanya itu. Bahkan, tetap mengutip Al Arabiya, pada 1954 pemerintah Mesir memberlakukan "persona non grata" alias pengusiran kepada Qasemi imbas pemikirannya meluas. Pemerintah tak mau ada Qasemi lain bermunculan.

Selain itu, dirinya pun berulangkali jadi sasaran pembunuhan, baik itu saat berada di Mesir alias di tempat pengasingan, Lebanon. Hingga akhirnya, upaya penyebaran aliran liberalisme dan tentangan kepercayaan berakhir pada 9 Januari 1996 lantaran kanker.


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Indonesia Melesat, Ternyata Ini Faktornya!

Next Article Pesawat Dilarang Terbang di Atas Ka'bah, Begini Alasannya

Selengkapnya