Ekonomi Global Makin Suram, Terlihat Dari Barang Seni

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Penjualan dunia peralatan seni dan peralatan antik telah turun selama dua tahun berturut-turut, turun sebesar 12% pada tahun 2024 menjadi sekitar $57,5 miliar. Hal itu diungkapkan Laporan Pasar Seni tahunan terbaru oleh Art Basel dan UBS.

"Secara keseluruhan, ini merupakan tahun nan sangat menantang," kata Clare McAndrew, pendiri firma riset Arts Economics, nan menulis laporan tersebut, kepada The Art Newspaper, dikutip dari CNN International, Sabtu (12/4/2025).

Menurut laporan tersebut, tahun ini menandai kontraksi terbesar ketiga di pasar seni dunia dalam 15 tahun terakhir, hanya dikalahkan oleh tahun-tahun resesi 2009 (-36%), dan pandemi Covid-19 2020 (-22%), dan setara dengan penurunan 12% nan tercatat pada tahun 2012.

Penjualan turun di nyaris setiap wilayah, dengan Tiongkok nan paling terpengaruh, mengalami penurunan sebesar 33%. Penjualan di AS, pasar seni terbesar di dunia, turun 9%, dan turun 10% di Prancis dan Italia, serta 15% di Korea Selatan. Laporan tersebut menyorot bahwa meskipun ada tantangan mengenai Brexit, Inggris mengalami kontraksi nan lebih moderat sebesar 5%, dan telah mempertahankan posisinya sebagai pasar seni terbesar kedua.

Seperti nan dipaparkan dalam laporan tersebut, dinamika kontraksi tahun lampau secara umum mencerminkan dinamika tahun 2023, ketika total penjualan turun 4% dengan titik nilai tertinggi paling terpengaruh, lantaran "ketegangan geopolitik nan sedang berlangsung, tekanan ekonomi, dan perubahan perilaku pembelian."

Pergeseran keseimbangan

Menurut laporan tersebut, rumah lelang tahun lampau menjual 20% lebih sedikit dari segi nilai tetapi 4% lebih sedikit dari segi volume. Tren serupa terlihat di sektor galeri, dan mengisyaratkan munculnya ekosistem nan lebih seimbang dan demokratis. Antara lain, dealer dengan omzet terkecil, di bawah US$250.000, mengalami peningkatan penjualan terbesar, dengan peningkatan 17%, sementara dealer dengan omzet melampaui US$10 juta mengalami penurunan 9%.

Namun, untung mini ini dirusak oleh penurunan profitabilitas di sebagian besar pasar seni dan peralatan antik. Sebab, nilai untuk nyaris semua aspek bisnis, mulai dari pengiriman hingga sewa, telah meningkat.

Hal positif lain nan dapat diambil dari laporan tersebut, kata McAndrew, adalah peningkatan penjualan karya seniman wanita di pasar primer, naik 3% dari tahun ke tahun.

Sementara pasar seni mengalami perubahan nan teratur, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa selama dasawarsa terakhir, pasar seni telah berjuang untuk mencapai puncaknya di tahun 2014, meskipun terjadi peningkatan kekayaan nan signifikan di kalangan kelas kolektor, terutama miliarder.

Terkait masa depan pasar seni, seorang pedagang dikutip dalam laporan tersebut mengatakan, "Kolektor muda nan ada tidak lagi membeli lukisan. Dengan pecahnya gelembung seni kontemporer, ada ketergantungan nan tinggi pada kolektor nan lebih tua nan lebih menyukai seni Modern dan Pasca-Perang... (tetapi) banyak dari kolektor ini berumur 60-an dan 70-an, jadi saya cemas tentang seperti apa bumi seni 10 tahun dari sekarang.

"Di sisi lain, kita tahu ada sebagian besar orang kaya nan tidak mempunyai pengalaman dalam membeli karya seni, dan tantangan bagi para pedagang adalah gimana menjangkau mereka, daripada berfokus pada kolektor seni nan ada."


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ada Perang Tarif, Ramai Investor Lepas Aset Denominasi Dolar AS

Next Article Gubernur BI: Dunia Masih Bergejolak!

Selengkapnya