ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendorong percepatan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan nasional. Dia menyebut, ada sejumlah komoditas unggulan nan dimiliki Indonesia ialah rumput laut, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rajungan, tilapia, dan garam.
“Indonesia adalah produsen tuna, cakalang, dan tongkol terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun. Ini potensi besar nan kudu kita olah,” kata Gibran melalui channel youtube pribadinya, seperti dikutip Jumat (2/5/2025).
Demi merealisasikan hilirisasi, Gibran menyoroti sejumlah tantangan seperti kebutuhan area industri nan komplit dengan cold storage, akses permodalan bagi nelayan dan UMKM, penggunaan teknologi efisien dan ramah lingkungan, serta pemberantasan illegal fishing.
Menurut dia, kekayaan laut Indonesia sangat melimpah namun belum dimaksimalkan lantaran sebagian besar tetap dijual dalam corak mentah. Salah satunya rumput laut nan mempunyai potensi produksi mencapai 9,7 juta ton.
“Bayangkan jika ribuan ton rumput laut nan selama ini kita jual mentah ke luar negeri bisa diolah dulu menjadi kosmetik. Nilai tambahnya bisa 15 sampai 30 kali lipat,” ujar putra sulung Joko Widodo ini.
Gibran menambahkan, potensi pengolahan rumput laut juga bisa menjadi beragam produk turunan seperti bioplastik, bioavtur, pupuk, hingga bahan farmasi.
Selain rumput laut, lanjut Gibran, terdapat 7,4 juta ton hasil perikanan tangkap dan 5,6 juta ton ikan budidaya per tahunnya nan belum sepenuhnya memberikan akibat kesejahteraan lantaran pengolahan di dalam negeri tetap minim.
Gibran optimis, jika potensi tersebut dimaksimalkan maka hilirisasi membuka lapangan kerja di beragam bagian seperti industri, kimia, kreasi kemasan, pemasaran, hingga jasa logistik dan perdagangan.
Dia pun membujuk kepada mereka nan tetap menempuh pendidikan di bagian teknologi, industri, perikanan, alias farmasi untuk ikut berperan-serta berinovasi dan penelitian mengenai bagian potensial nan dimiliki Indonesia.
"Ini adalah kerja bersama. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, yuk bisa yuk," Gibran memungkasi.
Gibran: Hilirisasi Bukan Cuma Membangun Pabrik dan Milik Pengusaha Elit
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyatakan, hilirisasi bukan hanya soal membangun pabrik dan bukan hanya milik pengusaha elit. Menurut dia, hilirisasi adalah soal keadilan dan masa depan.
"Karena hilirisasi nan mau kita lakukan adalah hilirisasi nan berkeadilan, nan melibatkan petani, peternak, nelayan, UMKM, masyarakat, dan tentunya anak muda," kata Gibran seperti dikutip dari channel youtube pribadinya, gibrantv seperti dikurip Sabtu (26/4/2025).
Gibran percaya, jika hilirisasi berhasil, petani bakal mendapatkan nilai nan lebih baik, tidak takut nilai ambruk saat panen lantaran industri pengolahan siap menampung. Selain itu, geliat UMKM bisa lebih maju lantaran dikerjasamakan dengan industri pengolahan nan lebih besar.
"Ekonomi sekitar jadi lebih menggeliat lantaran lapangan kerja terbuka, tenaga kerja terserap, sehingga daya beli meningkat," percaya putra sulung Joko Widodo ini.
Gibran pun optimis, dengan hilirisasi nantinya wilayah juga mempunyai sumber pendapatan baru nan bisa digunakan untuk membangun jalan, memperbaiki akomodasi kesehatan, dan lain-lain.
Dengan segudang perihal baik, Gibran mengamini banyak tantangan nan kudu dihadapi. Sebab sebuah perubahan pasti memerlukan kalibrasi.
"Dengan optimisme, kerja keras, lompatan mini dari masing-masing kita, suatu saat bakal menjadi langkah besar berbareng nan membawa kemajuan bagi bangsa," Gibran menandasi.
Sekedar Kaya Saja Tidak Cukup
Gibran menegaskan, Indonesia adalah negara nan kaya namun sebatas kaya saja nyatanya tidaklah cukup.
"Kita tentu sangat berterima kasih Indonesia dianugrahi sumber daya alam nan luar biasa. Indonesia punya persediaan nikel terbesar di dunia. Cadangan timah kita terbesar kedua di dunia. Kita juga penghasil rumput laut terbesar kedua dunia, serta tetap banyak lagi. Tapi nyatanya sekedar kaya saja rupanya tidak cukup," kata Gibran.
Gibran menyatakan, perihal tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia dalam mengolah kekayaan alam. Tujuannya, agar punya nilai tambah maksimal bagi masyarakat.
"Coba bayangkan Indonesia sempat menjadi eksportir biji bauksit terbesar ketiga dunia. Sayangnya Indonesia hanya menempati urutan ke 31 sebagai pengekspor panel surya. Padahal ketika bauksit diolah menjadi panel surya nilainya bertambah 194 kali lipat. Besar sekali," ungkap Gibran.
Namun Gibran mencatat, hilirisasi tidak melulu hanya soal batubara alias minerba. Hilirisasi bisa dilakukan di sektor lain. Pertanian, kelautan, perkebunan, apalagi digital.
"Jadi inti dari hilirisasi adalah pengolahan nan menghasilkan nilai tambah. Sehingga selain mendapatkan untung dari nilai jual, dengan melakukan pengolahan kita juga bisa membuka lapangan kerja, memberdayakan UMKM, mengeliatkan ekonomi, dan mendapatkan pemasukan negara dari pacak, royalti, PNPB, dividen, maupun bea ekspor," sorong Gibran.
Gibran mau perihal nan dilakukan negara-negara lain, apalagi oleh negara nan tidak mempunyai sumber daya alam sekali pun bisa dilakukan oleh Indonesia.
"Mereka mengimpor bahan mentah, diolah, kemudian diekspor lagi, termasuk ke negara asal sumber daya alam itu sendiri. Lalu nilai tambahnya kemana? Uangnya nan dapat siapa? Lapangan kerjanya siapa nan menikmati? Ya negara nan mengolah itu," Gibran menandasi.