Donald Trump Tunda Perang Tarif, Bank-bank Raksasa Masih Was-was

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Penghentian sementara kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Rabu membawa kelegaan instan bagi bank-bank besar setelah berhari-hari menderita. Setelah perubahan keputusan tersebut, saham dari enam bank besar AS semuanya melonjak.

Namun, The Wall Street Journal menyorot bahwa perbankan belum sepenuhnya terbebas dari tantangan. Tarif pembalasan tetap bertindak terhadap Tiongkok, mitra jual beli terbesar ketiga AS. Tarif itu tetap dapat menyebabkan dislokasi ekonomi dan kemungkinan inflasi, nan mungkin membikin Federal Reserve waspada untuk beberapa waktu. Tarif lainnya ditunda, tetapi hanya selama 90 hari.

Jadi, penanammodal tetap bakal resah pada hari Jumat waktu setempat, saat musim laporan finansial bank dimulai. Pada hari itu, JPMorgan Chase, Wells Fargo, dan Morgan Stanley bakal melaporkan kinerjanya sepanjang tahun lalu. Sementara minggu berikutnya adalah giliran Bank of America, Citigroup, dan Goldman Sachs.

Umumnya, penanammodal bakal bertanya-tanya pada pemaparan keahlian bank mengenai prospek ekonomi.

Risiko resesi meningkat tetapi tidak separah ketika bumi menghadapi tarif penuh Trump. Kekhawatiran membayangi akibat angsuran bank, alias kemungkinan para penyalur pinjaman tidak bakal mendapatkan pembayaran penuh atas pinjaman dan kepemilikan obligasi.

Risiko pasar, nan diketahui dan tidak diketahui, juga belum betul-betul berkurang. Guncangan nan tiba-tiba dapat menyebabkan ledakan nan mengagetkan dengan langkah nan tidak terduga. Volatilitas pasar dapat mendongkrak pendapatan di meja perdagangan bank besar, hingga menjadi tidak terkendali sehingga likuiditas mengering.

Sementara itu, ancaman baru muncul kembali nyaris setiap hari. Dua tahun lalu, masalah terbesar industri perbankan adalah akibat suku bunga. Itu tampaknya telah mereda, tetapi akibat itu melonjak lagi lantaran imbal hasil surat utang AS telah melonjak tajam.

Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun memperkuat di kisaran 4,35% selama reli saham nan luar biasa pada hari Rabu. Imbal hasil sempat turun di bawah 4% akhir minggu lalu.

Pada akhirnya, setiap bank bakal mempunyai risiko, keuntungan, dan wawasannya sendiri. Misalnya, nyaris separuh dari pendapatan Citigroup berasal dari internasional.

Di luar apa nan dikatakan para pelaksana bank, penanammodal bakal memantau gimana mereka betul-betul menangani potensi kerugian di masa mendatang.

Mengingat perihal itu, banyak penanammodal dan analis bakal mengharapkan CEO JPMorgan Jamie Dimon untuk menjadi pemimpin. Dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham, nan dirilis Senin, Dimon mengatakan bahwa tarif kemungkinan bakal mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan, tetapi tetap menjadi pertanyaan terbuka apakah tarif tersebut menyebabkan resesi. Dalam wawancara Rabu pagi di Fox Business, sebelum Trump mengumumkan jarak 90 hari, Dimon mengatakan resesi mungkin terjadi.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: 13 Emiten Antre Bagi Dividen Usai Libur Lebaran

Next Article Video: Syarat UMKM nan Bisa Dapat Kredit Baru Setelah Dihapus Tagih!

Selengkapnya