Diam-diam China Kuasai Sumur Minyak Di Irak

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Perusahaan-perusahaan minyak China perlahan-lahan mendominasi investasi migas di Irak. Investasi miliaran dolar diinvestasikan beberapa perusahaan minyak swasta China di negara nan menjadi produsen minyak terbesar kedua di aliansi negara OPEC tersebut.

Irak dinilai dapat menggandakan produksi mereka menjadi 500 ribu barel per hari dengan hadirnya perusahaan-perusahaan China. Pengaturan perjanjian nan cukup menguntungkan menjadikan perusahaan China tertarik menginvestasikan modalnya di Irak.

Pemain-pemain minyak China nan kurang dikenal, seperti misalnya Geo-Jade Petroleum Corp, United Energy Grou, Zhongman Petroleum and Natural Gas Group, dan Anton Oilfield Services Group membikin gebrakan tahun lampau ketika mereka memenangkan separuh dari putaran lisensi eksplorasi Irak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari Reuters, Senin (4/8/2025), bagi perusahaan-perusahaan swasta China nan kapasitasnya lebih kecil, Irak merupakan kesempatan untuk memanfaatkan biaya nan lebih rendah dan pengembangan proyek-proyek nan lebih cepat. Proyek minyak di Irak dinilai terlalu mini untuk raksasa migas lainnya, baik dari Eropa, Amerika, ataupun perusahaan besar lainnya di China.

Di sisi lain, pemerintah Irak juga memang berupaya untuk memikat raksasa minyak global. Meningkatnya kehadiran pemain swasta dari China di industri migas Irak menandai adanya pergeseran strategi dari Baghdad, pusat pemerintahan Irak.

Negara itu mempunyai rencana besar untuk mempercepat proyek-proyek minyaknya, mereka mengundang penanammodal dari beragam negara untuk ikut serta. Irak mau meningkatkan produksi lebih dari setengahnya menjadi lebih dari 6 juta barel per hari pada tahun 2029.

CNPC asal China telah menyumbang lebih dari separuh produksi Irak saat ini di ladang-ladang besar termasuk Haifaya, Rumaila, dan West Qurna 1.

Perusahaan-perusahaan minyak mini asal China juga dinilai Baghdad lebih gesit daripada perusahaan-perusahaan besar China dan negara lain. Para pemain ini juga lebih toleran terhadap akibat daripada banyak perusahaan nan mungkin mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekonomi Teluk.

Mereka menawarkan pemerintahan Irak pembiayaan nan kompetitif, memangkas biaya dengan tenaga kerja dan peralatan China nan lebih murah. Selain itu perusahaan-perusahaan itu juga bersedia menerima margin nan lebih rendah untuk memenangkan perjanjian jangka panjang.

(hal/rrd)

Selengkapnya