Bos Ojk Klaim Sektor Keuangan Ri Solid Di Tengah Global Risk

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan stabilitas sektor jasa finansial Indonesia tetap terjaga. Penilaian ini sejalan dengan laporan terbaru International Monetary Fund (IMF) nan meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia, untuk 2025 dan 2026.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan perihal ini berasas hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK nan digelar pada 30 Juli 2025. Ia menyebutkan, sejumlah aspek mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya keahlian pada semester I 2025 nan lebih baik dari proyeksi awal.

"Peningkatan ini didorong oleh aktivitas ekonomi pada semester pertama 2025 nan lebih baik dibandingkan proyeksi awal. Lalu, tarif resiprokal AS lebih rendah dari nan diumumkan sebelumnya, perbaikan likuiditas global, serta kebijakan fiskal nan akomodatif," kata Mahendra dalam konvensi pers virtual, Senin (4/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahendra juga menyoroti mulai meredanya ketegangan perang jual beli global, menyusul kesepakatan tarif antara AS dan sejumlah negara mitra utama. Indikator ekonomi dunia pun menunjukkan perbaikan nan konsisten dan melampaui ekspektasi.

Kinerja sektor manufaktur dan perdagangan bumi mengalami peningkatan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara besar seperti AS dan China pada kuartal II 2025 tercatat lebih baik dari nan diperkirakan. Pasar finansial dunia juga menguat, penanammodal mulai mengambil akibat (risk on), dan aliran modal asing terus masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dari sisi domestik, Mahendra menyebut parameter permintaan tetap stabil dengan inflasi rendah dan tren pertumbuhan duit beredar nan meningkat. Di sisi lain, parameter penawaran tetap bervariasi.

"Indikator sisi penawaran tetap mixed dengan surplus neraca perdagangan nan persisten dan persediaan devisa di level nan tinggi. Meskipun, PMI manufaktur tetap di area kontraksi," ujarnya.

Terkait kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat, Mahendra menjelaskan Indonesia sukses menurunkan tarif menjadi 19%, salah satu nan terendah di kawasan. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan daya saing nasional dibandingkan negara lain nan dikenakan tarif lebih tinggi.

Sebagai tambahan, OJK juga menyambut baik keputusan lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) nan mengafirmasi ranking angsuran sovereign Indonesia pada level 'BBB' untuk jangka panjang dan A2 untuk jangka pendek, dengan outlook stabil.

"Penilaian ini mencerminkan kepercayaan nan terus terjaga terhadap kekuatan fiskal, ketahanan ekonomi, serta sektor finansial Indonesia nan solid," ujar Mahendra.

(shc/rrd)

Selengkapnya