ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Cuaca pagi Jakarta hari ini, Kamis (29/5/2025) diprakirakan seluruh langitnya bakal berawan tebal, tanpa terkecuali. Demikianlah prediksi cuaca hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca di mayoritas seluruh wilayah Jakarta pada siang hari juga diperkirakan berawan tebal, selain Jakarta Pusat nan bakal berawan.
Kemudian pada malam harinya cuaca wilayah Jakarta sebagian cerah berawan. Kecuali di Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu nan diprediksi berawan.
Sementara untuk cuaca di wilayah penyangga Jakarta, ialah Bekasi, Jawa Barat diprakirakan cuaca pagi hingga malam hari akan berawan. Lalu, di wilayah Depok Jawa Barat pada pagi hari diprediksi langitnya bakal berawan, siang berawan tebal dan malam kembali beran.
Kemudian, di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat cuaca pagi bakal cerah berawan, siang hingga malam berawan tebal.
Berikut info prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi selengkapnya nan dikutip detikai.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Berawan |
Jakarta Pusat | Berawan Tebal | Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Selatan | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Berawan |
Jakarta Timur | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Berawan |
Jakarta Utara | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Kepulauan Seribu | Berawan Tebal | Berawan Tebal | Cerah Berawan |
Bekasi | Berawan | Berawan | Berawan |
Depok | Berawan | Berawan Tebal | Berawan |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Berawan Tebal | Berawan Tebal |
BMKG Prediksi Kemarau Basah hingga Agustus 2025, Wilayah Terdampak Meningkat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia bakal mengalami fenomena kemarau basah hingga akhir Agustus 2025. Kondisi ini berbeda dengan tandus normal nan ditandai dengan cuaca panas dan kering.
Kemarau basah ditandai dengan curah hujan nan tetap tinggi meski sudah memasuki musim kemarau. Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan kondisi cuaca nan tidak biasa.
"Fenomena ini lebih umum disebut Kemarau Basah," kata Guswanto dikutip Rabu (28/5/2025).
Dia juga menambahkan, tandus basah adalah kejadian cuaca nan tidak biasa, di mana musim tandus nan biasanya kering dan panas, tetapi tetap mengalami hujan alias kelembaban nan signifikan.
Lantas, apa saja nan menyebabkan terjadinya tandus basah ini? Bagaimana dampaknya terhadap beragam sektor di Indonesia? Berikut ulasan selengkapnya.
Durasi dan Persentase Wilayah Terdampak Kemarau Basah
BMKG memprediksi tandus basah bakal berjalan hingga akhir Agustus 2025. Persentase wilayah nan terdampak diperkirakan bakal terus meningkat.
Pada Juni 2025, wilayah terdampak mencapai 56,54%, kemudian meningkat menjadi 75,38% pada Juli, dan mencapai puncaknya 84,94% pada Agustus. Setelah Agustus, Indonesia diperkirakan memasuki musim pancaroba (peralihan) hingga November, sebelum memasuki musim hujan pada Desember 2025 hingga Februari 2026.
Penyebab Terjadinya Kemarau Basah
Fenomena tandus basah disebabkan oleh beberapa aspek utama. Suhu permukaan laut di sekitar Indonesia nan tetap hangat menjadi salah satu pemicu utama. Kondisi ini mendorong pembentukan awan dan hujan meskipun sedang musim kemarau. Selain itu, kejadian suasana dunia seperti La Niña dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut meningkatkan kelembapan udara di atmosfer.
Aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby juga berkedudukan dalam meningkatkan intensitas pembentukan awan hujan. Kombinasi dari faktor-faktor ini menyebabkan curah hujan tetap tinggi selama periode kemarau.
Dampak Kemarau Basah pada Sektor Pertanian
Kemarau basah berpotensi menimbulkan kerugian di sektor pertanian lantaran curah hujan nan tidak menentu. Meskipun hujan membantu tanaman musiman, intensitas hujan nan tinggi dapat merusak tanaman.
Petani perlu mewaspadai potensi kandas panen akibat cuaca ekstrem ini. Perubahan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman nan lebih tahan terhadap curah hujan tinggi menjadi langkah penyesuaian nan penting.
Selain sektor pertanian, tandus basah juga berakibat pada sektor kesehatan. Meningkatnya akibat penyakit jangkitan saluran pernapasan dan demam berdarah menjadi perhatian utama.
Populasi nyamuk nan bertambah akibat genangan air menjadi aspek pemicu penyebaran penyakit demam berdarah.
Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan penyakit.
Aktivitas masyarakat juga dapat terganggu lantaran cuaca nan tidak menentu. Perencanaan aktivitas di luar ruangan perlu mempertimbangkan potensi hujan nan dapat terjadi sewaktu-waktu. Informasi cuaca terkini dari BMKG menjadi pedoman krusial dalam beraktivitas.
Antisipasi dan Pengelolaan Dampak Iklim
Guswanto juga menambahkan, krusial untuk melakukan antisipasi dan pengelolaan nan tepat untuk menghadapi potensi akibat suasana ini. Musim tandus 2025 diprediksi lebih pendek lantaran beberapa faktor, meskipun ENSO (El Nino-Southern Oscillation) dalam kondisi normal.
Awal tahun 2025 diprediksi bakal mengalami La Nina lemah, nan dapat meningkatkan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Suhu laut nan meningkat dapat mempengaruhi pola curah hujan, tetapi dalam kasus ini, tidak menyebabkan tandus panjang lantaran kondisi ENSO nan netral. Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi bakal mengalami curah hujan normal hingga atas normal pada tahun 2025, sehingga musim tandus tidak terlalu panjang.