ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Bursa saham Asia dibuka naik setelah rilis info ekonomi di Jepang dan Australia. Namun, para pelaku pasar tetap dibayangi kebijakan tarif Donald Trump nan dapat menciptakan ketidakpastian di pasar.
Indeks referensi Nikkei 225 memulai hari dengan naik 0,16%, sementara indeks nan lebih luas, Topix, naik 0,11%. Pasar Korea Selatan dibuka lebih rendah setelah libur selama empat hari.
Indeks Kospi turun 0,97%, sedangkan indeks Kosdaq nan berisi saham-saham berkapitalisasi mini melemah 0,46%.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,71%. Sementara Pasar di Hong Kong dan China tetap tutup lantaran libur Tahun Baru Imlek.
Indeks nilai konsumen inti untuk wilayah Ku di Tokyo di Jepang meningkat sebesar 2,5% year-on-year (yoy) pada Januari 2025, naik dari 2,4% pada bulan sebelumnya ke level tertinggi sejak Februari tahun lalu.
Angka bulan Januari juga sesuai dengan ekspektasi pasar, menyoroti tekanan nilai nan meluas dan memberikan justifikasi lebih lanjut untuk kenaikan suku kembang terbaru.
Bank of Japan BoJ meningkatkan suku kembang kebijakannya menjadi 0,5% dari 0,25% dan merevisi perkiraan inflasi lebih tinggi pada pertemuan bulan Januari, nan menandakan kemungkinan kenaikan suku kembang lebih lanjut.
Sementara itu, Deputi Gubernur BOJ Ryozo Himino mengatakan bahwa bank sentral bakal mempertimbangkan kenaikan suku kembang lebih lanjut jika perkembangan ekonomi dan nilai sesuai dengan ekspektasi, tetapi tidak memberikan petunjuk tentang waktu alias kecepatan kenaikan di masa mendatang.
Para kreator kebijakan memantau dengan jeli info inflasi Tokyo, parameter utama tren nilai nasional, untuk mengukur kemajuan Jepang dalam mencapai sasaran inflasi BOJ sebesar 2% secara berkelanjutan.
Sementara itu, Indeks nilai produsen (PPI) Australia naik 3,7% sepanjang tahun hingga kuartal Desember 2024, menurut info nan dirilis oleh Biro Statistik Australia pada hari Jumat.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengatakan bahwa dia kemungkinan bakal memutuskan sebelum akhir hari apakah bakal menerapkan tarif 25% pada impor minyak dari Meksiko dan Kanada, nan bakal mulai bertindak pada 1 Februari.
Saat tarif impor nan tinggi diberlakukan bakal membikin pelaku pasar cemas bakal inflasi AS nan berat untuk mencapai sasaran The Fed sebesar 2%. Jika perihal ini terjadi bakal membikin bank sentral memilih menahan suku bunga.
(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gara-Gara The Fed, IHSG & Rupiah Longsor
Next Article Bursa Asia Dibuka Semringah: Nikkei Menguat, Kospi Bangkit