Buih Sabun Pengusir Duka, Saat Kesederhanaan Menjadi Pelipur Lara

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta - Kesedihan merupakan respons alami terhadap kehilangan. Sering kali, ketika rasa sedih terlalu berat saat menghadapi duka, seseorang bakal mengalami beragam macam emosi mulai dari terkejut, tidak percaya, rasa bersalah hingga kemarahan.

Mencoba bangkit dari duka juga bukan perkara mudah. Psikiater dr Andreas Kurniawan, SpKJ apalagi menyebut duka bisa berjalan bertahun-tahun alias apalagi selamanya.

"Cuma nan paling beratnya, kita berambisi bisa dilalui dalam waktu sekitar 6 bulan," kata dia saat berbincang dengan detikaicom, Senin (17/3/2025).

Setiap orang merasakan duka. Bahkan hal-hal sederhana nan sepertinya tidak terlalu berfaedah bisa memicu kesedihan mendalam. Misalnya, bersungkawa setelah pindah rumah, lulus kuliah alias putus dari kekasih.

dr Andreas mengatakan bersungkawa merupakan pengalaman nan sifatnya sangat individual. Tidak ada langkah nan betul alias salah dalam menghadapi duka.

Ada nan melewatinya dengan berkumpul dengan teman, berbelanja, membayari utang orang lain, alias apalagi dengan melakukan perihal sederhana seperti mencuci piring.

"Bukan menyembuhkan duka, tapi melalui duka. Karena memang saya beranggapan duka itu bukan sesuatu nan perlu disembuhkan. Duka adalah sesuatu nan perlu dilalui," ucap master nan juga penulis kitab Seorang Pria nan Melalui Duka dengan Mencuci Piring ini.

"Tinggal kita memilih mau melalui dengan menangis, marah, alias melakukan perihal berarti bagi kita. Kebetulan, saya dengan mencuci piring, salah satunya. Jadi nggak ada langkah nan beanr-benar tepat dalam melalui duka, lantaran bisa berbeda," sambung dia.

Kapan perlu mencari pertolongan?

Meski setiap emosi duka berkarakter valid, seseorang nan berduka sampai tidak bisa melanjutkan hari-harinya dalam waktu cukup panjang disarankan untuk berkonsultasi ke profesional.

Kata dr Andreas, ketika merasakan penderitaan dan gangguan kegunaan secara nyata, misal tak bisa bekerja, tidak bisa berkedudukan sebagai suami alias istri, maka sebaiknya berkonsultasi dengan psikiater alias psikolog.

"Nggak kudu menunggu sampai 6 bulan alias setahun. Ketika kita menjalani ini udah 2 minggu, 3 minggu, apalagi beberapa hari kok sangat berat sampai kita ada menemukan penderitaan nan nyata, lebih baik kita datang dan dikatakan tidak kenapa-kenapa dibandingkan kita datang dan dibilang kenapa baru datang sekarang," pungkasnya.


(kna/kna)

Selengkapnya