ARTICLE AD BOX
Jakarta -
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BRI membukukanlaba bersih konsolidasian pada Triwulan I 2025 nan mencapai sebesar Rp 13,80 triliun. Selain itu asset BRI mencapai sebesar Rp 2.098,23 triliun alias tumbuh 5,49% secara year on year (yoy).
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi menyampaikan bahwa sepanjang Triwulan I tahun 2025 perekonomian dunia tetap diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan akibat lanjutan dari perang tarif nan turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.
Hery mengungkapkan bahwa BRI memperkirakan bakal ada akibat jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berjalan negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat nan diharapkan menghasilkan kesepakatan nan lebih baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk upaya BRI, lebih banyak berjuntai pada konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata duit nan sudah terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berakibat signifikan," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (1/5/2025).
Di samping itu, konsumsi domestik tetap menjadi kontributor utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tetap tumbuh positif. Namun demikian, konsumsi domestik tetap belum pulih sepenuhnya seperti kondisi sebelum pandemi Covid.
"Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM nan sangat berjuntai pada daya beli masyarakat. Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank nan pro-rakyat dengan tetap konsentrasi menumbuhkembangkan dan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional," jelas Hery.
Pertumbuhan asset sebesar 5,49% secara year on year didorong penyaluran angsuran nan selektif dan berkualitas, di mana semua segmen angsuran mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmen UMKM.
Dari sisi penyaluran Kredit, Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya menjelaskan bahwa BRI telah mencatatkan penyaluran angsuran sebesar Rp 1.373,66 triliun alias tumbuh 4,97% yoy. Penyaluran angsuran BRI tersebut tetap didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97% dari total angsuran BRI, alias dengan nominal sebesar Rp 1.126,02 triliun.
"Penyaluran angsuran UMKM BRI nan terus tumbuh positif tersebut juga diiringi oleh beragam inisiatif untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Salah satunya melalui AgenBRILink nan jumlahnya telah mencapai 1,2 juta agen, menunjukkan pertumbuhan nan signifikan dengan pertumbuhan sebesar 49,48% yoy.
"Agen-agen tersebut tersebar di lebih dari 67 ribu desa alias menjangkau lebih dari 88% dari total desa di Indonesia, serta mencatat volume transaksi sebesar Rp 423 triliun di sepanjang Triwulan I 2025," ungkap Akhmad.
Seperti diketahui, AgenBRILink merupakan ekspansi jasa BRI, di mana BRI menjalin kerja sama dengan pengguna sebagai agen/mitra nan dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real-time online dengan konsep sharing fee.
"Berbagai inisiatif BRI tersebut mempertegas komitmen BRI dalam memperkuat fondasi ekonomi kerakyatan dan berkedudukan strategis dalam membuka lapangan kerja dan menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasional nan tertuang dalam Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia," jelas Akhmad.
Terkait dengan kualitas kredit, Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom memaparkan bahwa pertumbuhan angsuran BRI juga diikuti dengan perbaikan kualitas nan diperoleh dari penerapan manajemen akibat nan efektif dan prudent dalam penyaluran kredit. Hal tersebut tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) BRI nan membaik dari 3,11% di akhir Triwulan I 2024 menjadi 2,97% di akhir Triwulan I 2025. Rasio Loan at Risk (LAR) juga terus membaik, dari semula 12,68% di akhir Triwulan I 2024 menjadi 11,12% di akhir Triwulan I 2025.
Di sisi lain, BRI juga tetap menyiapkan pencadangan nan memadai untuk mengantisipasi potensi pemburukan kualitas aset. Hal tersebut tercermin dari Rasio NPL Coverage BRI nan mencapai200,60%.
"Dengan coverage ratio nan sangat memadai ini, BRI tidak hanya bisa menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan kepercayaan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders bahwa perseroan mempunyai esensial nan kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekanan ekonomi dan geopolitik dunia seperti perang tarif," jelas Mucharom.
Direktur Network & Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto menjelaskan keahlian Dana Pihak Ketiga BRI.
"Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI bisa menghimpun DPK sebesar Rp1.421,60 triliun. Dana murah (CASA) mendominasi penghimpunan DPK BRI dengan proporsi mencapai 65,77% alias setara dengan Rp934,95 triliun," ungkap Aquarius.
Pencapaian CASA BRI tersebut tercatat meningkat dibandingkan dengan porsi CASA pada periode nan sama tahun sebelumnya sebesar 61,66%.Pencapaian CASA BRI tersebut salah satunya didukung pertumbuhan transaksi digital Super App BRImo nan semakin memperkuat posisi BRI dalam jasa digital banking di Indonesia.
"Hingga akhir Maret 2025, tercatat pengguna super app BRImo telah mencapai 40,28 juta user, alias meningkat 20,26% yoy. Sementara dari sisi jumlah dan nilai transaksi, pada Triwulan I 2025 BRImo melayani 1,2 miliar transaksi finansial, naik 25,5% YoY dengan volume sebesar Rp1.599 triliun alias meningkat 27,79% YoY," ungkap Aquarius.
Aquarius menambahkan bahwa dalam menghadapi era digitalisasi, BRI juga aktif membangun prasarana pembayaran nan modern dengan memperluas jangkauan jasa transaksi non-tunai di seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dari keberhasilan BRI membangun ekosistem pembayaran digital dengan support lebih dari 4,3 juta merchant QRIS dan 344 ribu merchant EDC nan tersebar dari pusat kota hingga pelosok desa.
Dari sisi likuiditas dan permodalan BRI juga berada dikondisi nan kuat, sehingga BRI tetap mempunyai ruang untuk tumbuh lebih baik pada periode nan bakal datang. Hal tersebut disampaikan Direktur Finance & Strategy BRI Viviana Dyah Ayu.
"Kinerja positif BRI hingga akhir Maret 2025 juga didukung dengan kondisi likuiditas nan memadai dan permodalan nan kuat. Hal ini ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank berada di level 86,03% dengan rasio kecukupan modal alias Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 24,03%.Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI tersebut jauh di atas ketentuan pemisah minimal CAR nan dipersyaratkan," ungkap Viviana.
Pada penutup press conference, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menjelaskan bahwa saat ini perseroan dihadapkan pada tantangan dunia nan tidak mudah. Namun, di kembali tantangan tersebut, BRI memandang kesempatan besar untuk terus bertumbuh, berinovasi, dan memperkuat posisi BRI di industri finansial nasional dan regional.
"Saat ini BRI mempunyai fondasi nan sangat kuat untuk mengoptimalkan kesempatan tersebut. "BRI mempunyai lebih dari36.600 tenaga pemasaryang terdiri daritenaga pemasar mikro (Mantri), RM Lending, dan RM Funding & Transactiondan BRI juga didukung olehlebih dari 6 ribu unit kerja, mulai dari Kantor Cabang hingga BRI Unit nan tersebar hingga ke pelosok negeri. Menjadikan BRI sebagai bank dengan jaringan dan jangkauan terluas di Indonesia," ujar Hery.
Selain itu, Hery menambahkan BRI juga memilikicustomer base nan besar dimana hingga akhir Maret 2025 terdapat lebih dari 221 juta rekening simpananserta211 ribu user QLoladi segmen korporasi. Ini bukan hanya angka, ini adalah ekosistem besar nan menjadi kekuatan strategis BRI ke depan.
Hery menjelaskan transformasi BRI menujuuniversal bankingadalah jawaban atas tantangan saat ini. BRI tidak hanya bakal menjadi bank terbaik di segmen UMKM, tetapi juga kudu bisa melayani seluruh spektrum kebutuhan pengguna dari perseorangan hingga korporasi besar, di seluruh lapisan masyarakat.
"Dengan injakan keahlian positif pada tiga bulan pertama tahun 2025 ini, kedepan BRI optimis dapat mencatatkan pertumbuhan keahlian finansial nan berkepanjangan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking dan risk management nan baik di tengah dinamika kondisi perekonomian global," pungkas Hery.
Sebagai informasi, Direktur Utama BRI Hery Gunardi, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, dan Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto nan diangkat pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 24 Maret 2025 dan dapat melaksanakan tugas dan kegunaan dalam jabatannya setelah mendapatkan persetujuan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan OJK.
(BRI/sls)