ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada perdagangan hari ini, Rabu (5/3/2025).
Dalam beberapa menit perdagangan IHSG dibuka terbang 1,33% ke level 6.465.25. Sebanyak 278 naik, 91 turun, dan 152 stagnan. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 1,16 triliun nan melibatkan 1,04 miliar saham dalam 73 ribu transaksi.
Seluruh sektor berada di zona hijau pada perdagangan hari ini. Sektor finansial dan daya tercatat membukukan kenaikan tertinggi.
Kinerja IHSG hari ini ditopang oleh kenaikan signifikan nan terjadi di emiten perbankan raksasa RI nan dalam beberapa waktu terakhir sempat ambruk signifikan.
Sementara itu, emiten milik grup konglomerat nan pada perdagangan kemarin babak belur, hari ini mencatatkan rebound dan bergerak di area hijau.
Kemarin, sejumlah emiten milik konglomerat menjadi pemberat IHSG. Amman Mineral Internasional (AMMN) turun 11,76%. Lalu emiten milik Prajogo Pangestu, Barito Renewables Energy (BREN) turun 5,08% dan Chandra Asri Pasific (TPIA) turun 8,05%.
Hari ini ketiga saham tersebut berada di area hijau dengan kenaikan cukup signifikan.
Adapun kondisi IHSG hari ini kontras dengan perdagangan kemarin, di mana IHSG ditutup ambruk 2% lebih. Sementara itu, awal pekan ini, IHSG melesat seiring dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) nan hari ini mengumpulkan pelaku pasar dan juga Otoritas Jasa Keuangan mengenai anjloknya IHSG pada akhir pekan lalu, Jumat (28/2/2025).
Berdasarkan pantauan detikai.com bukan hanya OJK dan sekuritas nan datang dalam aktivitas tersebut, tetapi juga Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad, Bos Adaro Garibaldi Thohir, Bos Sinar Mas Franky Widjaja, Bos Indika Energy Arsjad Rasjid, Ketua Kadin Anindya Bakrie, anak Prajogo Pangestu Agus Salim Pangestu, hingga Komisaris Amman Mineral Agus Projosasmito.
Sebagai informasi,IHSG memang tetap dibanjiri sentimen negatif. Dari eksternal, perang jual beli tetap terpicu ulah Trump nan lagi-lagi soal tarif. Kanada dan Meksiko dikenakan tarif 25% nan sebelumnya sempat ditunda pada awal Februari. Sementara, China mendapat tambahan tarif impor 10% menjadi 20%.
Jika, inflasi makin panas, maka bank sentral AS, The Fed juga bisa semakin hati-hati dalam memutuskan kebijakan moneter-nya.
Pasar juga memproyeksi, sekarang AS terancam mengalami stagflasi lantaran inflasi memanas, pertumbuhan ekonomi melambat, dan potensi PHK nan membikin nomor pengangguran naik.
Selain itu, tekanan keluar biaya asing tetap cukup deras di pasar saham RI. Dalam sebulan terakhir asing mencatat net sell sampai Rp18,05 triliun di keseluruhan pasar.
Sementara itu, dari dalam negeri kita tetap menghadapi sejumlah ketidakpastian dari izin di beberapa sektor, seperti penantian penurunan royalti batu bara, iuran MIP, dan lain-lain.
Selain itu, pelaku pasar tetap memonitor pengaruh dari lembaga investasi baru kita ialah Danantara dan bank emas baru bagi pergerakan pasar modal Tanah Air.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Nge-Gas Lebih Dari 3,5% & Rupiah Menguat ke Rp16.478/USD
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran