Bankir Yakin Pertumbuhan Dpk Bakal Lebih Seret Di Kuartal I-2025

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Survei Perbankan Triwulan IV-2024 Bank Indonesia (BI) memperkirakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan I-2025 bakal melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terindikasi dari pertumbuhan DPK sebesar Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 68,8%, lebih rendah dibandingkan 89,3%, pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada seluruh jenis instrumen, baik tabungan, giro, maupun deposito. Hal ini lantas menakut-nakuti kondisi likuiditas perbankan RI nan sudah menjadi rumor sejak akhir tahun 2023.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang bahwa perkiraan pertumbuhan DPK bakal melambat ini disebabkan lantaran kondisi likuiditas perbankan nan semakin mengetat.

Hal ini sudah terlihat pada dari kuartal IV-2024. Di bulan November saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan angsuran tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,79% secara tahunan (yoy) menjadi Rp7.717 triliun. Sementara itu, DPK perbankan tercatat tumbuh jauh lebih rendah, ialah sebesar 7,54% yoy menjadi Rp8.835,9 triliun.

Bankir pun sepakat bahwa pertumbuhan DPK sedang "seret."

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga (BNGA) Lani Darmawan mengatakan kondisi ini biasanya terjadi musiman dan nyaris setiap tahun.

"Saya setuju dengan perkiraan BI dan ini biasanya seasonal nyaris setiap tahun," ujarnya saat dihubungi detikai.com, Senin (20/1/2025).

Bahkan, dia mengakui bank swasta terbesar kedua RI itu bakal tetap ketat dalam penyaluran kredit, sembari memandang tren biaya pendanaan alias cost of fund.

Bank pelat merah Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengakui mengalami kondisi ini. Direktur Distribution & Institutional Funding BTN Jasmin mengatakan pihaknya bakal menjaga likuiditas dengan melakukan penyesuaian dengan ekspansi kredit.

"Kita menyesuaikan antara ekspansi angsuran dengan pertumbuhan DPK," katanya saat dihubungi detikai.com, Senin (20/1/2025).

Menurut Jasmin, pertumbuhan DPK perbankan pastinya dipengaruhi banyak faktor. Ia menguraikan faktor-faktor itu antara lain, kebijakan BI untuk menjaga nilai tukar, daya beli masyarakat nan semakin turun, pengeluaran pemerintah alias APBN di awal tahun biasanya belum optimal.

Selain itu, Jasmin juga menyebut publikasi instrumen negara nan juga "sangat berpengaruh" terhadap likuiditas perbankan. "Termasuk SRBI," tambahnya.

Adapun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) nan disebut Jasmin, suku bunganya saat ini mencapai 7,23%. Hal ini menjadi opsi nan lebih menarik bagi para pengguna untuk memarkirkan dananya.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Perbankan, Mandat LPS Diperluas Setara LPS Negara Maju

Next Article Ketakutan Jokowi di Akhir Jabatan Makin Nyata, Ini Bukti Terbarunya

Selengkapnya