ARTICLE AD BOX
-
-
Berita
-
Politik
Jumat, 21 Maret 2025 - 15:51 WIB
Bogor, detikai.com – Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia bercerita tentang pengalaman mudanya nan tak mudah dalam menggapai cita-cita. Meski hanya diterangi lampu pelita, dia tak surut untuk belajar.
Begitu dia ceritakan saat melakukan safari Ramadan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 21 Maret 2025.
Bahlil awalnya bercerita jika dirinya bukanlah anak nan berasal dari family berada. Bahkan, dia pernah menjadi kondektur angkot untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
"Saya bukan anak siapa-siapa, anak-anakku semua. Saya sejak mini sudah membantu ibu saya menjual kue. Pagi hari ibu saya setelah salat subuh itu bikin kue dan saya nan menjual kue itu di teman-teman sekolah saya," kata Bahlil di depan para santri.
"Di SMP saya pernah menjadi konduktor angkot. Tau angkot? Tau? Saya SMP sudah hidup keras. SMA hidup keras juga," sambungnya.
Lebih jauh dari itu, Bahlil juga menceritakan kehidupannya ketika masih duduk di bangku SD. Bahlil apalagi mengaku pernah ditangkap polisi saat ikut demonstrasi.
"Waktu di SD itu belajar tidak pakai lampu listrik, pakai lampu pelita nan bangun pagi kening saya itu jadi hitam sama hidung. Karena pakai lampu pelita. Kuliah jadi aktivis, sering ditangkap polisi lantaran demonstrasi, pernah kerja loper koran, tinggal di pondok pernah juga," ungkapnya.
Dia lantas mengingatkan para santri untuk berterima kasih meski hidup jauh dari orang tua. Setidaknya, kata Bahlil, kebutuhan mereka terpenuhi di pondok pesantren tersebut.
"Jadi bersyukurlah anak-anakku semua, sekalipun tinggal di pesantren ini, tapi makanan dijamin tiga kali sehari oleh Ibu Umi," ucap Bahlil.
Bahlil meyakini, santri-santri nan ada di Ponpes Al Ashriyyah Nurul Iman ini bakal menjadi orang nan lebih dahsyat dibandingkan dirinya di masa depan. Terlebih, dengan perjuangan nan telah mereka korbankan untuk menempuh pendidikan di pesantren tersebut.
"Sekarang kalian menjadi santri, diberikan ilmu, diberikan alhamdulillah rezeki untuk makan, dan dituntun oleh Ibu Umi. Maka lantaran itu saya percaya suatu saat, kalian bakal jauh lebih baik daripada saya nan hari ini di depan kalian," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya
Dia lantas mengingatkan para santri untuk berterima kasih meski hidup jauh dari orang tua. Setidaknya, kata Bahlil, kebutuhan mereka terpenuhi di pondok pesantren tersebut.