ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan hari ini, Senin (17/3/2025) di tengah sikap wait and see menunggu banyaknya info ekonomi dan keputusan krusial pekan ini.
Merujuk Refinitiv, rupiah pada Senin pukul 09.05 WIB ada di posisi Rp 16.330/US$1, rupiah menguat tipis 0,09%.
Sebagai catatan, pada akhir pekan lampau pada Jumat (14/3/2025), rupiah ditutup menguat 0,46%. Namun, apresiasi itu belum bisa menutup area merah selama sepakan nan kontraksi 0,34.
Pergerakan rupiah hari ini dan sepekan ke depan tetap bakal dipengaruhi oleh banyaknya info ekonomi dan keputusan krusial nan bakal diumumkan sepanjang pekan ini.
Sementara untuk hari ini, sentimen terbesar rupiah bakal datang dari pengumuman neraca jual beli Februari 2025 serta statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI).
Konsensus pasar nan dihimpun detikai.com dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 bakal mencapai US$2,08 miliar dengan median ekspor sebesar 6,81% year on year/yoy dan impor sebesar 1,2% yoy.Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2025 nan mencapai US$3,45 miliar.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 58 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Sentimen terbesar rupiah hari ini dan sepekan ke depan bakal datang dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan rapat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Keduanya bakal menggelar rapat pada Rabu pekan ini, (19/3/2025). Namun, The Fed bakal mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS alias Kamis awal hari waktu Indonesia.
Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI bakal memangkas suku kembang alias BI rate pada bulan ini. Langkah ini diambil untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia nan tengah lesu.
Sebaliknya, pelaku pasar memproyeksi jika The Fed kembali bakal menahan suku kembang referensi di level 4,25-4,50%.
Dari eksternal, pasar juga tetap mengantisipasi pengaruh tarif Donald Trump nan potensi memicu resesi di negeri Paman Sam.
Efek tarif Trump dikhawatirkan memicu Trumpcession. Hal ini seiring dengan proyeksi JP Morgan nan meningkatkan akibat resesi AS menjadi 40%, naik dari proyeksi awal 2025 sebesar 30%.
Merujuk info Polymarket, persentase kenaikan akibat resesi AS ini juga naik drastis dari level 20% menjadi 40% hanya dalam kisaran waktu dua pekan saja.
(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:
Meski Tipis, Rupiah Sukses Bungkam Dolar AS
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900