Menteri Kebudayaan Terima World Tipitaka Sajjhaya Dari Thailand, Akan Disimpan Di Perpusnas

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta Dalam rangka memperingati perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Thailand nan jatuh pada hari ini, Rabu (7/5/2025), dilakukan acara penyerahan The World Tipitaka Sajjhaya Phonetic Recitation nan berjumlah 80 volume kepada Perpustakaan Nasional Indonesia.

Kegiatan nan berjalan di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta itu juga merupakan bentuk  penghormatan terhadap ulang tahun ke-6 nan Mulia Raja Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon nan datang dan memberikan sambutannya mengatakan, aktivitas ini merupakan suatu kehormatan dan keistimewaan nan besar. Menurutnya ini merupakan bingkisan nan luar biasa dari Kerajaan Thailand untuk rakyat Indonesia.

"Koleksi 80 jilid nan luar biasa ini lebih dari sekadar kekayaan karun ilmiah. Koleksi ini merupakan simbol kemurahan hati Thailand dan jembatan budaya, nan menyatukan kedua negara dalam nilai-nilai perdamaian, kebijaksanaan, dan warisan spiritual nan sama," kata Fadli Zon.

Politikus Gerindra ini menegaskan, Indonesia merasa sangat terhormat untuk menjadi penjaga koleksi nan bakal disimpan di Perpustakaan Nasional ini, sebagai sebuah lembaga nan esensial untuk pelestarian budaya, keterlibatan intelektual, dan memori kolektif.

Dia juga membayangkan koleksi Tipiṭaka ini bakal menginspirasi kerjasama akademis baru, studi Buddhis, filosofi perbandingan, dan perbincangan spiritual, terutama di antara kaum muda dan organisasi agama.

Fadli Zon juga menegaskan, bahwa aktivitas penyerahan hari ini merupakan diplomasi budaya. Diplomasi tidak hanya terbatas pada perjanjian alias kesepakatan ekonomi, namun juga hidup dalam pertukaran pengetahuan, nilai-nilai, tradisi spiritual, dan komitmen berbareng terhadap martabat manusia.

"Pada saat bumi menghadapi tantangan nan besar, kita memerlukan aktivitas perdamaian seperti itu. Marilah kita mengambil momen ini untuk berkomitmen kembali pada diri kita sendiri untuk melestarikan kekayaan budaya umat manusia, dan untuk memastikan bahwa perdamaian dan kebijaksanaan, seperti Tipiṭaka tidak hanya dibicarakan, tetapi juga dipraktikkan, dihayati, dan dibagikan secara luas," jelas dia.

Selengkapnya