ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan argumen dolar AS tetap tinggi dan berisiko menekan stabilitas nilai tukar mata duit negara berkembang, termasuk rupiah.
Perry mengatakan penguatan dolar AS ini salah satunya ditopang oleh imbal hasil surat utang AS alias US Treasury (UST) tetap tinggi, baik tenor 2 tahun ataupun 10 tahun.
"Itu kenapa berakibat kepada keharusan kita menjaga nilai tukar rupiah," kata Perry.
Imbal hasil UST nan kuat ini mendorong indeks dolar AS, DXY, menguat terhadap mata nan bumi lainnya. Bahkan, dari catatan BI, DXY pernah menguat hingga level 107-109.
"Hari ini 107 belum tentu minggu depan, apakah kembali ke 108-109 ini beri tekanan-tekanan ke nilai tukar termasuk rupiah," lanjutnya.
Untuk menghadapi akibat ini, Perrry menegaskan BI selalu berada di pasar dan dia mengaku setiap hari BI selalu melakukan intervensi, baik di pasar spot, maupun pasar DNDF. Upaya ini dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah.
"Jadi kami itu betul-betul, Bu Destry (Deputi Gubernur Senior) kami setiap hari intervensoi baik spot maupun DNDF agar rupiah stabil," ungkap Perry.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Anjlok Tajam Hingga Rupiah Melemah ke Rp16.300-an Per USD
Next Article Rupiah Menguat Usai BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga