As Pangkas Tarif Produk Receh China Dari 120% Jadi 54%

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Amerika Serikat bakal memangkas tarif 'de minimis' untuk barang-barang berbobot rendah nan diimpor dari China dari 120% menjadi 54%. Ini merupakan kesepakatan nan tidak diungkapkan pada gencatan senjata perang tarif antara AS dan China di Jenewa.

Melansir dari Reuters, perintah pelaksana ini meluncur pada hari Senin lalu, tapi tidak disampaikan ke publik. Kabar ini pun disebut dapat semakin meredam perang jual beli nan memicu akibat ke ekonomi kedua negara tersebut.

Keringanan tarif ini pun menjadi angin segar bagi perusahaan e-commerce besar China termasuk Shein dan Temu, menyusul kesepakatan bea masuk dari barang-barang lain. Presiden AS Donald Trump sempat menutup patokan 'de minimis' untuk mencegah masuknya peralatan impor murah dari luar negeri pada awal Mei lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan 'de minimis' ini memungkinkan peralatan dengan nilai di bawah US$800 dapat masuk ke AS tanpa bea masuk alias pemeriksaan ketat. Trump pun mengenakan tarif sebesar 120%.

Dengan kesepakatan kedua negara tersebut, Trump memangkas tarif menjadi 54% dari 120%. Tarif baru ini mulai bertindak 14 Mei 2025. Meski begitu, biaya tetap sebesar US$100 per paket tetap diberlakukan.

Sebagai informasi, jumlah pengiriman nan masuk ke AS melalui jalur bebas bea masuk meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir dengan lebih dari 90% dari semua paket melalui jalur 'de minimis'. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% berasal dari China, dipimpin oleh pengecer langsung ke konsumen seperti Temu dan Shein.

China mengekspor peralatan langsung ke konsumen senilai US$240 miliar nan diuntungkan dari kebijakan tersebut. Di mana nomor itu menyumbang 7% dari ekspor dan 1,3% dari produk dari produk domestik bruto.

Menurut Pakar Industri, pemangkasan tarif bakal membikin Temu serta Shein menyesuaikan bisnis. Momentum ini juga dapat digunakan untuk melakukan pengiriman massal di AS.

Kebijakan 'de minimis' mendorong pengecer online nan mengirimkan peralatan terutama dari China, seperti Shein, Temu dan Alibaba, AliExpress mendapatkan untung besar. Pertumbuhan mereka membikin Amazon untuk memulai jasa diskonnya sendiri.

"Saya pikir perusahaan nan menjadi bagian dari pertumbuhan lintas pemisah dari China bakal tetap mau mendiversifikasi upaya mereka dari AS sejauh nan mereka bisa. Semua orang telah menyadari bahwa jika berjuntai pada AS, itu terlalu berisiko," kata Hu dari Brands Factory.

(rea/eds)

Selengkapnya