Analis Penyebab Ihsg Ambruk 10% Dalam Tiga Pekan

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakrta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi tajam lebih dari 1% dan memperparah pelemahan nan telah terjadi sejak pekan lalu.

Hingga pukul 11.15 IHSG tercatat turun 1,65% ke 6.538,66 dan apalagi sempat menyentuh level terendah perdagangan intraday di 6.531,61.

Pelemahan ini memperpanjang tren penurunan IHSG yang sejak penutupan perdagangan 22 Januari 2025 lampau hingga titik terendah perdagangan intraday hari ini telah ambruk 10%.

Total transaksi tercatat mencapai Rp 6,34 triliun nan melibatkan 7,87 miliar saham nan ditransaksikan 685 ribu kali.

Ambruknya IHSG tetap didorong oleh tingginya tindakan jual asing pada sejumlah emiten blue chip RI, termasuk emiten perbankan. Selain itu, pelemahan IHSG hari ini juga diperparah oleh ambruknya saham milik taipan Prajogo Pangestu.

Tercatat nyaris seluruh sektor mengalami koreksi dengan pelemahan paling dalam terjadi di sektor prasarana sebesar 2,7% dan sektor energi sebesar 2,19%. Sementara itu sektor properti, kesehatan, transportasi, peralatan baku juga turun 1% lebih.

Emiten milik taipan Prajogo Pangestu juga tetap menjadi beban utama pelemahan perdagangan hari ini.

Barito Renewables Energy (BREN) melemah 8,27% dan menjadi beban terberat pergerakan IHSG dengan kontribusi koreksi mencapai 21,21 indeks poin.

Melengkapi lima besar emiten dengan kontribusi terbesar atas pelemahan IHSG adalah Bank Mandiri (BMRI) dengan koreksi 12,52 indeks poin, Bayan Resouces (BYAN) koreksi 12,34 indeks poin, Telkom Indonesia (TLKM) sebesar 11,58 indeks poin dan Amman Mineral Internasional (AMMN) sejumlah 10,41 indeks poin.

Emiten Prajogo lainnya nan ikut masuk dalam 10 besar pemberat keahlian IHSG ialah Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Chandra Asri Pacific (TPIA). Sedangkan tiga lainnya nan melengkapi 10 besar pemberat IHSG adalah Bank Central Asia (BBCA), Indosat (ISAT) dan Kalbe Farma (KLBF).

Pamor Saham Prajogo Pudar


Ambruknya saham BREN terjadi adanya berita bahwa Morgan Stanley Capital International tidak bakal memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya ialah BREN. Selain BREN, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN.

Hal ini lantaran setelah kajian dan masukan, ditemukan hambatan investibility di ketiga saham tersebut. MSCI bakal meninjau kembali kepantasan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan bakal memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing alias kocok ulang indeks MSCI bakal diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar bakal ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya ialah BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi referensi penanammodal asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, ialah pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat nan bakal masuk jadi jejeran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi nan kedua kalinya lantaran sebelumnya kandas masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk lantaran dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN tetap terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, perihal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

Outflow Asing nan Masih Besar

Penyebab lainnya ialah kaburnya biaya asing dari pasar modal RI. Paling parah ialah pada Kamis lalu, di mana asing mencatatkan tindakan jual (net sell) hingga Rp 2,3 triliun. sementara itu akhir pekan lampau asing tetap melego saham RI hingga Rp 650 miliar, sedangkan kemarin bertambah lagi Rp 921 miliar. Atinya dalam tiga hari perdagangan biaya asing nan keluar dari pasar modal RI nyaris mencapai Rp 4 triliun.

Aksi jual di pasar modal terjadi seiring dengan laporan keahlian finansial perbankan nan kurang optimal dengan pertumbuhan untung sangat tipis dan diiringi dengan biaya dana nan semakin membengkak imbas persaingan likuiditas selama pengetatan kondisi moneter.

Sejumlah analis menunjuk, keahlian perbankan nan tidak sesuai angan juga diperparah dengan nilai tukar nan diperkirakan tetap belum bakal membaik dalam waktu dekat, sehingga potensi untung bagi penanammodal asing semakin terpangkas. Terlebih lagi, kenaikan saham juga diprediksi oleh banyak bakal akan cukup terbatas untuk tahun ini.

Pada perdagangan hari ini, emiten perbankan juga tetap melanjutkan pelemahan dengan Bank Sentral Asia (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI) masuk jadi pemberat IHSG dan masih-masing memberikan kontribusi pelemahan 16 dan 11 indeks poin bagi IHSG.

Rully Wisnubroto, Senior Ekonom dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia beranggapan IHSG terkoreksi dalam lantaran aliran biaya asing nan tetap banyak keluar, terutama nan terjadi pada saham-saham perbankan besar.

"Terutama dari asing nan cukup garang melakukan tindakan jual, sepertinya tetap banyak tekanan jual terhadap saham-saham perbankan dari [beberapa hari lalu]," terangnya kepada detikai.com pada Kamis (6/2/2025).

Dampak Dari Ketegangan Perang Dagang AS-China

Selain itu, kebijakan Trump nan kontroversial membikin pelaku pasar berhati-hati. Termasuk kebijakan nan memicu perang jual beli jilid dua.

Situasi dan kondisi saat ini memang sedang tidak menguntungkan bagi investor. Meskipun Kanada dan Meksiko mengalami penundaan, tapi tidak dengan China. Negeri Tirai Bambu kemudian membalas tarif impor tersebut.

Kondisi Ekonomi Dalam Negeri

Dari dalam negeri, lesunya perekonomian di 2024 turut menjadi penyebab IHSG ambruk pada pekan ini. Lesunya kondisi ekonomi domestik juga tercermin dari rilis pertumbuhan ekonomi (PDB). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan PDB Indonesia sepanjang tahun 2024 tumbuh 5,03% yoy alias lebih rendah dibandingkan tahun 2023 sebesar 5,05% yoy. Sementara, secara kuartalan (qoq) pada 4Q24 pertumbuhan ekonomi lebih landai sebesar 0,53%, dibandingkan kuartal sebelumnya tumbuh 1,50%.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan komponen pengeluaran nan berkontribusi besar ke PDB adalah konsumsi rumah tangga (RT) dengan kontribusi 53,71% nan tumbuh 4,98%. Kemudian, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi mencatat kontribusi sebesar 30,12% dan pertumbuhannya mencapai 5,03%.

"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan kuartal IV-2024 konsumsirumah tangga tetap menjadi sumber pertumbuhan pada sisi pengeluaran ialah sebesar 2,62%," ujar Amalia dalam konvensi pers BPS, Rabu (5/2/2025).

Barra Kukuh Mamia, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA) memandang akibat dari penurunan IHSG ini adalah pengaruh dari rilis info terbaru pertumbuhan ekonomi RI dan aliran deras biaya asing nan tetap berlanjut.

"Setelah info GDP dan rilis info beberapa bank, sepertinya beberapa penanammodal asing memilih untuk mengurangi porsinya ke Indonesia" ungkap Barra kepada detikai.com pada Kamis (6/2/2025).


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Anjlok ke 6.600-an, Gara-gara Saham Grup Prajogo Pangestu

Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran

Selengkapnya