Who Beri Warning Kasus Tbc Dunia Bisa Naik Usai Trump Setop Dana Usaid

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Otoritas kesehatan menyoroti akibat nan menakut-nakuti dari pemangkasan biaya U.S. Agency for International Development alias USAID oleh pemerintahan Trump: akibat lonjakan kasus dan kematian akibat tuberkulosis secara global.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemotongan biaya nan besar-besaran dapat membahayakan jutaan nyawa, lantaran banyak negara berjuntai pada support asing untuk pencegahan, pengujian, dan pengobatan TBC.

"Tanpa tindakan segera, kemajuan nan dicapai dengan susah payah dalam memerangi TB terancam," kata Dr. Tereza Kasaeva, kepala Program Global WHO untuk TB dan Kesehatan Paru-paru, dalam sebuah pernyataan dikutip dari NBC News, Senin (10/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara global, tuberkulosis bertanggung jawab atas kematian terbanyak dari semua penyakit menular. Sekitar 1,25 juta orang meninggal lantaran jangkitan kuman tersebut pada tahun 2023, menurut info terbaru nan tersedia, dan kasus baru mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun itu, dengan sekitar 8,2 juta orang terdiagnosis.

Sebelum disetop Trump, USAID menyediakan sekitar seperempat dari biaya donor internasional untuk jasa tuberkulosis di negara-negara lain, hingga $250 juta per tahun. Badan tersebut mengoperasikan program tuberkulosis di 24 negara.

WHO mengatakan bahwa lantaran pemotongan biaya AS, rantai pasokan obat di negara-negara lain "rusak," jasa laboratorium "sangat terganggu" dan sistem pengawasan "runtuh," sehingga susah untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengobati kasus tuberkulosis. Beberapa uji coba penelitian mengenai TBC juga telah dihentikan.

Hal itu telah melumpuhkan beberapa program tuberkulosis nasional, dengan WHO memperingatkan akibat nan menghancurkan di 18 negara dengan beban penyakit tertinggi, banyak di antaranya berada di Afrika.

Di Uganda, pencabutan biaya USAID telah mempersulit pembayaran pekerja kesehatan masyarakat, nan menyebabkan kekurangan staf, kata Dr. Luke Davis, mahir epidemiologi klinis di Yale School of Public Health. Pekerja tersebut memainkan peran krusial dalam memberi tahu orang-orang nan hasil tesnya positif tuberkulosis, memberi mereka perawatan, dan menyaring kontak dekat mereka untuk infeksi.

"Pasien mungkin didiagnosis TB setelah meninggalkan klinik lantaran mereka menunggu hasilnya, dan mereka mungkin berada di rumah dengan TB dan tidak tahu bahwa mereka menderita TB. Secara harfiah tidak ada sumber daya untuk menjangkau orang-orang tersebut," katanya. "Orang-orang meninggal lantaran mereka menderita penyakit nan belum terdiagnosis, belum diobati, belum dicegah."

NEXT: Kemungkinan kematian TBC setelah biaya USAID disetop

Sejak 24 Januari, penghentian pendanaan USAID mungkin telah menyebabkan sekitar 3.400 kematian akibat tuberkulosis tambahan dan 6.000 jangkitan tambahan, menurut sebuah proyek nan memodelkan akibat pemotongan dana. Model tersebut dikoordinasikan oleh Stop TB Partnership, sebuah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa nan bermaksud untuk memberantas tuberkulosis sebagai masalah kesehatan masyarakat.

Sampai pemotongan biaya baru-baru ini, USAID telah berkedudukan krusial dalam melakukan pengawasan untuk mengidentifikasi kasus tuberkulosis baru, meningkatkan rantai pasokan untuk mendapatkan obat bagi pasien nan sakit, dan berinvestasi dalam uji klinis untuk terapi dan tes diagnostik baru. Di organisasi nan kekurangan mahir radiologi untuk membaca sinar-X, USAID juga mendanai sistem sinar-X portabel nan menggunakan kepintaran buatan untuk membikin diagnosis.

Selain itu, lembaga tersebut membantu negara-negara mendapatkan obat-obatan dengan biaya lebih rendah, sebagian dengan mendanai Fasilitas Obat Global, sebuah golongan nan menegosiasikan nilai obat dengan pemasok.

Dr. Priya Shete, seorang guru besar kedokteran dan epidemiologi di University of California, San Francisco mengatakan USAID memainkan peran krusial dalam menyediakan perangkat diagnostik dan perawatan melalui "jarak terakhir" kepada pasien. Hal itu termasuk menemukan langkah untuk mengangkut obat-obatan ketika kondisi jalan jelek dan mendanai klinik keliling nan menawarkan sinar-X dan pengetesan bakteri.

"Hilangnya sumber daya untuk mencapai garis akhir adalah perihal nan betul-betul mengganggu bagi sebagian orang, dan pada akhirnya bakal merenggut jutaan nyawa," kata Dr Shete.

Simak Video "Video: Pernyataan USAID Terkait PHK 1.600 Staf dan Cuti Administratif"
[Gambas:Video 20detik]

Selengkapnya