ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Banyak dari kita nan tidak bisa membayangkan gimana hidup tanpa smartphone. HP sekarang menjadi perangkat nan sangat diperlukan dengan banyak sekali kegunaannya.
Namun, semakin banyak bukti nan menunjukkan adanya ancaman mental dan bentuk nan mengenai dengan penggunaan smartphone nan berlebihan.
Smartphone memang berguna. Namun, ketika menghabiskan lebih banyak waktu dengan ponsel daripada berinteraksi dengan orang lain, alias tidak bisa berakhir memeriksa teks, email, feed Twitter, alias aplikasi lain, perihal ini dapat berakibat negatif pada kehidupanyaitu, suatu kondisi nan disebut nomofobia.
Nomophobia merupakan singkatan dari NO MObile PHone PhoBIA. Nomophobia termasuk fobia, di mana muncul kekhawatiran jika Anda tidak membawa ponsel alias tidak dapat dihubungi lantaran sinyal alias baterai habis.
Seperti nan dijelaskan oleh psikolog Mark Travers, nomofobia belum dianggap sebagai gangguan mental nan diakui secara resmi seperti fobia spesifik lainnya, seperti ketakutan terhadap hewan alias ketinggian. Namun konseptualisasinya didasarkan pada kondisi-kondisi nan telah dimasukkan dalam Manual Diagnostik Gangguan Mental.
Penelitian menunjukkan bahwa indikasi nomofobia mencakup banyak indikasi nan diamati pada fobia lainnya, seperti kecemasan, gemetar, berkeringat, gelisah, dan kesulitan bernapas, demikian dikutip dari Forbes, Selasa (11/2/2025).
Hasil penelitian menunjukkan emosi nomofobia mungkin juga mengenai dengan penarikan diri dari kehidupan sosial dan kecanduan. Dengan demikian, temuan-temuan tersebut dapat mendukung dimasukkannya "Gangguan Kecanduan Ponsel Pintar" dalam Manual Diagnostik Gangguan Mental.
Sebuah tinjauan sistematis terhadap bukti-bukti pada tahun 2021 menunjukkan bahwa dalam survei populasi global, terdapat rentang prevalensi nan sangat luas dari keberadaan dan tingkat keparahan nomofobia.
Misalnya, tergantung pada studi nan dikutip, persentase responden nan "berisiko" bervariasi dari 13% hingga 79%. Perbedaan antara penelitian mungkin disebabkan oleh kriteria penilaian nan dilaporkan sendiri oleh para peneliti.
Studi nan sama menunjukkan perbedaan nan sangat besar dari satu negara ke negara lain.
Misalnya, di antara mahasiswa nan disurvei di seluruh dunia, prevalensi nomofobia berkisar antara 6% hingga 73%, tergantung pada negaranya, menurut sebuah studi nan diterbitkan pada Januari 2023.
Xiaomi Redmi K40 (Dok. Xiaomi)
Intinya, HP memang memudahkan orang untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan rekan kerja setiap saat. Alat tersebut juga dapat mengambil gambar, membeli barang, mengontrol peralatan rumah tangga, dan mencari apa saja. Namun, dengan kekuatan super ini, ada juga kekurangannya.
Oleh lantaran itu, krusial untuk menyadari kemungkinan ancaman mental dan bentuk nan disebabkan oleh penggunaan ponsel pandai nan berlebihan.
Warga RI pecandu online
Data terakhir menunjukkan masyarakat Indonesia sudah kecanduan HP parah. Lagi-lagi, penduduk RI ada di ranking pertama dalam perihal waktu nan dihabiskan menatap layar HP.
Dalam State of Mobile 2024 nan dirilis oleh Data.AI penduduk Indonesia menjadi pengguna nan paling lama menghabiskan waktu dengan perangkat mobile seperti HP dan tablet pada 2023, ialah 6,05 jam setiap hari.
Warga RI adalah satu-satunya masyarakat nan menghabiskan waktu di HP lebih dari 6 jam tiap hari. Pada posisi kedua, penduduk Thailand hanya menghabiskan 5,64 jam per hari. Argentina ada di posisi ketiga ialah 5,33 jam per hari.
Kecanduan HP orang Indonesia sebetulnya tidak separah pada 2022. Pada 2022, penduduk RI menghabiskan waktu hingga 6,14 jam per hari menatap layar HP dan tablet.
Indonesia juga menempati salah satu posisi teratas dalam perihal download aplikasi. Data.AI menempatkan penduduk RI di posisi ke-5 dalam perihal download aplikasi. Sepanjang 2023, penduduk RI sekitar 7,56 miliar kali melakukan download aplikasi.
Dalam perihal download, penduduk China tidak ada saingan. Hanya dalam setahun, penduduk China 113,41 miliar kali mendownload aplikasi.
Meskipun nomor satu dalam penggunaan HP, rupanya penduduk RI bukan nomor satu dalam perihal penggunaan aplikasi mobile. Warga RI "hanya" menghabiskan 415 miliar jam sepanjang 2023 di aplikasi mobile sehingga ada di posisi ketiga.
Warga nan paling banyak menghabiskan waktu di aplikasi mobile adalah India. Warga India menghabiskan waktu 1,19 triliun jam menggunakan aplikasi mobile.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos Teknologi Tegaskan AI Bukan Ancaman Untuk Pekerja
Next Article Bill Gates Ungkap Usia Anak Boleh Punya HP Sendiri nan Paling Tepat