ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Muncul kejadian baru nan menunjukkan solidaritas penduduk Amerika Serikat (AS) ke pedagang ritel China, menyusul perang jual beli nan sengit antara AS dan China.
Para pedagang China beramai-ramai mempromosikan produk-produk mewah dengan nilai miring. Mereka membanjiri TikTok dan media sosial lainnya untuk menyasar pembeli dari AS.
Para pedagang China menyatakan penduduk AS bisa membeli legging dan tas mewah nan mirip produk bermerek Lululemon, Hermes, dan Birkenstock, tetapi dengan nilai lebih murah.
Mereka menyatakan merek-merek mewah tersebut diproduksi di pabrik-pabrik China nan sama dengan peralatan nan mereka jajakan di media sosial.
Influencer AS turut mempromosikan video-video dari pedagang China. Hal ini mendorong jumlah download aplikasi e-commerce China seperti DHGate dan Taobao di AS.
Warga AS mewaspadai harga-harga peralatan nan melonjak tinggi akibat tarif Trump ke peralatan impor China dengan duluan membeli barang-barang tersebut via e-commerce China.
Alhasil, DHGate langsung masuk jejeran 'Top 10' aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi Apple dan Google sepanjang pekan lalu.
Video-video dari para pedagang China mendulang ketenaran di TikTok dan Instagram. Mereka menghimpun jutaan view dan ribuan like. Unggahan-unggahan itu sukses mendorong simpati penduduk AS terhadap China di tengah perang jual beli nan dilancarkan Presiden AS Donald Trump.
Trump memberlakukan tarif resiprokal sebesar 145% untuk barang-barang impor dari China nan masuk ke AS. China balas dendam dengan menetapkan tarif 125% untuk barang-barang impor AS nan dijual ke negaranya.
"Trump menginjak-injak negara nan salah. China menang dalam perang ini," kata salah satu netizen AS, dikutip dari The Economic Times, Jumat (25/4/2025).
Media sosial menjadi jalur komunikasi langsung antara pemilik pabrik dan pedagang China dengan konsumen AS. Warga AS ramai menunjukkan protes terhadap keputusan pemerintahan Trump, sama seperti tindakan penolakan saat TikTok hendak diblokir di AS.
"Fenomena ini mengaktivasi pandangan politik penduduk AS, sama seperti nan terjadi saat TikTok hendak diblokir. Saat ini konteksnya adalah tarif dan hubungan kedua negara secara umum," kata Matt Pearl, kepala nan konsentrasi pada rumor teknologi di Center for Strategic and International Studies.
"Hal ini menunjukkan keahlian komunikasi antara pedagang China dan konsumen AS, sekaligus memperlihatkan ketergantungan AS dengan barang-barang asal China," kata dia.
Jumlah video nan mendorong penduduk AS membeli langsung produk dari pabrik China meningkat 250% sepanjang pekan hingga 13 April 2025, menurut analis Graphika, Margot Hardy.
Di TikTok, tagar #ChineseFactory (pabrik China) menghimpun 29.500 unggahan per 23 April 2025. Di Instagram, jumlahnya mencapai 27.300.
Pakar ritel dan vendor di China mengatakan tidak mungkin video viral nan menyatakan sebagai produsen merek seperti Lululemon dan Hermes, menjual produk original dari merek tersebut.
Pasalnya, pabrik-pabrik merek mewah tersebut biasanya telah menandatangani perjanjian kerahasiaan nan ketat dan tidak mungkin menghancurkan hubungan jangka panjang mereka dengan merek-merek besar sebagai hadiah atas penjualan langsung beberapa barang, kata Sucharita Kodali, analis ritel di Forrester.
Kodali berasumsi viralnya video-video dari produsen China di media sosial sepertinya diizinkan oleh pemerintah China.
"Kepentingan Lululemon alias Chanel saat ini di China mungkin berada di urutan ke-100 dalam daftar hal-hal nan menjadi perhatian menteri perdagangan dan pejabat China di sana," kata Kodali.
Para produsen mungkin juga sedang terburu-buru untuk menutup penjualan sebelum tarif baru pada tanggal 2 Mei 2025 mendatang.
Warga AS Jadi Mitra Afiliasi Ecommerce China
Elizabeth Henzie, 23, dari Mooresville, North Carolina, mengatakan bahwa dia merasa biaya produksi dan nilai satuan nan dijelaskan dalam video tersebut sangat mengejutkan.
Ia membikin sheet unik berisi pabrik-pabrik nan menyatakan menjual tiruan sneaker, tas mewah, dan lainnya, dan menautkannya di profil TikTok miliknya. Postingan tersebut telah menarik lebih dari 1 juta penayangan.
Henzie sekarang bekerja sebagai mitra hubungan untuk DHGate. Ia bakal menerima produk cuma-cuma dari perusahaan tersebut untuk video ulasan dan komisi jika orang melakukan pembelian melalui tautannya. Ia percaya orang-orang di China pada dasarnya berupaya membantu penduduk AS.
"Melihat banyak negara nan berasosiasi untuk mencoba membantu konsumen AS telah menggenjot moral saya," kata Henzie.
"Meski kondisi di AS saat ini buruk, menurut saya perihal ini mendorong penduduk untuk lebih solid," dia menjelaskan.
TikTok nan dimiliki ByteDance asal China mengatakan telah menghapus beberapa video viral nan mempromosikan barang-barang mewah asal China. Menurut platform, beberapa video tersebut menyalahi kebijakan perusahaan dengan mempromosikan produk palsu.
Namun, banyak nan mengunggah ulang video-video tersebut. Bahkan banyak video lawas tentang manufaktur China nan tersebar di linimasa media sosial di tengah rumor tarif nan kontroversial.
TikTok menolak berkomentar lebih lanjut. IG nan dimiliki Meta juga menolak berkomentar mengenai video viral dari China.
Pedagang China Berdarah-darah
Para pedagang China mengatakan mereka mengunggah video-video tersebut saat penjualan anjlok. Yu Qiule, 36, pemilik pabrik di Shandong nan memproduksi peralatan fitness, mengatakan dia mulai mengunggah video di TikTok sejak pertengahan Maret 2025.
Tujuannya adalah mencari konsumen lebih banyak setelah rumor tarif menyebabkan gelombang pembatalan pesanan ke pabriknya.
Louis Lv, general manager untuk ekspor di Hongye Jewelry Factory di Yiwu, Zhejiang, mengatakan perusahaannya mulai mengunggah di TikTok sejak akhir 2024. Kala itu, penjualan domestik mulai menunjukkan penurunan.
Namun, video-videonya mulai banyak ditonton sejak pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif ke produk-produk impor China.
"Filosofi pebisnis China adalah kami bakal pergi ke manapun upaya berada," kata dia.
Hermes Buka Suara
Salah satu video viral di TikTok menunjukkan seorang laki-laki nan memegang tas mirip Hermes Birkin. Ia menyatakan nilai produksi tas mewah tersebut kurang dari US$1.400. Namun, Hermes menjualnya seharga US$38.000.
Video itu sudah dihapus dari TikTok, tetapi banyak nan mengunggahnya kembali. Pria tersebut menyatakan pabrik di China menggunakan kulit dan hardware serupa Hermes Birkin. Bedanya, tak ada logo Hermes nan terpasang. Tas itu ditawarkan seharga US$1.000.
Juru bicara Hermes mengatakan tas-tas mereka diproduksi 100% di Prancis dan menolak berkomentar lebih lanjut.
Juru bicara Birkenstock juga menanggapi video-video nan menunjukkan produk tiruan perusahaannya. Birkenstock mengatakan produknya dirancang dan diproduksi di Uni Eropa. Perusahaan telah menghubungi TikTok dan video tersebut dihapus pada 15 April 2025.
Lululemon nan juga menjadi sasaran video viral TikTok dari manufaktur China turut angkat bicara. Manufaktur China menyatakan menjual legging serupa Lululemon dengan nilai US$5.
Lululemon telah menghubungi TikTok untuk menghapus konten tersebut. Lululemon juga menegaskan pihaknya tidak bekerja dengan pabrik-pabrik nan mengunggah video viral di TikTok. Perusahaan mewanti-wanti agar konsumen tak terkecoh dengan produk dan info palsu.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Saat Trump Bikin Ulah, Kripto Bisa Jadi Investasi Alternatif?
Next Article Geger Tarif Trump, 600 Ton iPhone Langsung Diterbangkan