Wanita Ini Kena Penyakit Ginjal Kronis, Awalnya Keluhkan Gejala Yang Muncul Di Urine

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Seorang ibu tiga anak asal Bradford, Hafsa Begum, menceritakan kisahnya tentang perjuangan melawan penyakit ginjal kronis. Ia baru menyadari menderita penyakit tersebut setelah muncul indikasi pada urinenya, nan mendorongnya untuk segera mengunjungi master pada Mei 2023.

Hafsa Begum menjalani kehidupan nan aktif berbareng keluarganya sebelum dia tiba-tiba mulai mengalami gejala-gejala nan menyebabkan dia kudu dirawat di rumah sakit selama dua bulan dan didiagnosis menderita trombosis ginjal.

"Jika saya tidak mengunjungi master umum saat itu, ada akibat gumpalan darah nan memengaruhi ginjal saya dapat menakut-nakuti jiwa, memengaruhi otak, paru-paru, alias jantung saya. Menyadari gejala-gejala saya memungkinkan saya menerima perawatan dialisis dan merencanakan transplantasi ginjal," kata Hafsa, dikutip dari Kidney Research UK.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, Hafsa merasakan indikasi saat dirinya sedang bekerja. Ia mengalami indikasi berupa adanya darah di dalam urine, nyeri di pinggang, dan jantung berdebar-debar.

Menyadari ada nan tak beres pada kondisinya, dia segera mengunjungi master umum. Dokter pun menyarankannya untuk menjalani tes darah, nan kemudian menunjukkan bahwa kegunaan ginjalnya telah menurun secara drastis.

Ibu tiga anak itu kemudian dirawat di rumah sakit untuk menjalani beragam tes, termasuk pemindaian, dan biopsi.

"Sementara master mencoba mencari tahu apa nan menyebabkan perihal ini terjadi. Itu sangat menakutkan," imbuhnya.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Hafsa menderita trombosis ginjal, ialah kondisi saat gumpalan darah terbentuk di salah satu pembuluh darah nan menyaring darah dari ginjal. Kondisi tersebut membuatnya mengalami Acute Kidney Injury (AKI) alias cedera ginjal akut.

Dokter sukses menstabilkan kegunaan ginjal Hafsa pada 19 persen dan memulangkannya dari rumah sakit. Namun, pada awal tahun 2024, kondisinya kembali memburuk. Muntah, mual, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan menjadi tanda-tanda bahwa Hafsa menderita penyakit ginjal kronis.

Pada Maret 2024, ginjalnya kandas berfungsi, sehingga dialisis alias cuci darah menjadi prosedur krusial untuk mempertahankan hidupnya. Selama setahun terakhir, Hafsa menjalani dialisis nan menyelamatkan nyawanya di rumah sakit, tiga kali seminggu, selama tiga separuh jam setiap kalinya.

"Orang-orang tidak menyadari akibat dialisis terhadap hidup Anda. Dialisis itu menyakitkan, melelahkan, dan menyebabkan sakit kepala. Saya sangat terkuras oleh sesi-sesi saya sehingga, pada hari-hari itu, saya tidak dapat berperan-serta dalam kehidupan dan kudu tidur untuk memulihkan diri," katanya.

"Tim perawatan kesehatan saya telah menyesuaikan perawatan saya berkali-kali, tetapi tubuh saya tidak dapat terbiasa dengannya. Saya selalu pulang dengan gejala-gejala seperti tekanan darah tinggi, pusing, kepala terasa ringan, kelelahan, dan telinga berdenging. Saya merasa sangat kedinginan dan tidak bisa berakhir menggigil. Kadang-kadang tulang dan otot saya terus-menerus terasa nyeri dan susah untuk tidur nyenyak," sambungnya lagi.

Dialisis bakal terus menjadi satu-satunya pilihan Hafsa sampai dia menerima transplantasi ginjal nan dapat mengubah hidupnya.


(suc/suc)

Selengkapnya