ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Baru-baru ini, tengah gempar di media sosial mengenai klaim banyaknya tas merek mewah dan terkenal di bumi diproduksi di China. Hal ini pun menjadi pertanyaan sejumlah warganet mengenai kebenarannya.
Akun TikTok senbags2 menyatakan bahwa 80 persen tas mewah dibuat di China. Video tersebut dengan sigap viral dan telah ditonton lebih dari 10 juta kali hingga buletin ini ditulis.
"Mereka mengambil tas nan nyaris jadi dari pabrik-pabrik di China dan hanya mengemas ulang serta memasang logo. Kira-kira seperti itu," kata pengguna media sosial dalam video tersebut.
Mengutip Newsweek, merek-merek nan diklaim dan di produksi China ialah Hermès, Armani, Louis Vuitton, Nike, Dior, Gucci, Apple, Michael Kors, Coach, Calvin Klein, Prada, dan merek mewah terkenal lainnya.
Meski demikian, hingga tulisan ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari merek-merek tersebut.
Lantas benarkah tas mewah original buatan China?
Laporan Statista pada 2023 mengidentifikasi ada sekitar 200 hingga 250 merek fesyen dan aksesori di seluruh bumi nan dikategorikan di bawah label 'mewah'.
Hermès sendiri tidak memproduksi tasnya di China. Tas-tasnya dibuat di Prancis, dan merek tersebut mempunyai showroom di beberapa wilayah termasuk Pantin, di luar Paris, Ardennes, Lyon, dan Normandy, dan masi
Meskipun video TikTok menyatakan bahwa tas mewah dibuat di China, perihal ini juga sangat tidak mungkin berasas peraturan pelabelan di AS dan Uni Eropa (UE).
Agar suatu produk diberi label "Made in USA," produk tersebut kudu memenuhi standar "all or almost all" (semua alias nyaris semua) dari Aturan Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS. Ini berfaedah bahwa semua komponen penting, pemrosesan, dan tenaga kerja suatu produk kudu berasal dari AS.
Perakitan akhir kudu dilakukan di AS, produk tersebut tidak boleh diubah secara substansial di luar negeri.
Pelabelan di UE diatur berasas Peraturan UE 952/2013. Namun, Prancis dan Italia mempunyai pedoman nan lebih ketat untuk melindungi industri mewah dan kerajinan mereka.
Suatu produk dapat diberi label "Made in Italy" jika perubahan substansial terakhir dari produk tersebut terjadi di Italia, nan berfaedah bagian utama dari proses pembuatannya terjadi di Italia.
Agar dapat diberi label "Made in Prancis", suatu produk kudu mengalami transformasi substansial terakhirnya di Prancis, nan berfaedah langkah manufaktur utama terakhir kudu terjadi di Prancis.
Merek-merek fesyen Prancis, termasuk Hermès, sering kali bakal melangkah lebih jauh dari ini, dengan memastikan desain, sumber material, pemotongan, perakitan, dan penyelesaian semuanya dilakukan di Prancis.
Banyak merek mematuhi Origine France Garantie (OFG), nan merupakan sertifikasi nasional nan lebih ketat, nan mengharuskan karakter krusial suatu produk dibuat di Prancis dan 50 persen dari nilai pokok per unit berasal dari operasi Prancis.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ada Perang Tarif AS Vs China, Pengusaha Parfum Curhat Ini
Next Article Uniqlo Tiba-Tiba Kena Boikot di China, Ini Pemicunya