ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Posisi utang luar negeri (ULN) turun pada Februari 2025, dari bulan sebelumnya senilai US$ 427,9 miliar menjadi sebesar U$ 427,2 miliar. Penurunan ini disebabkan menurunnya ULN pemerintah maupun sektor swasta.
"Posisi ULN Februari 2025 juga dipengaruhi oleh aspek penguatan mata duit dolar AS terhadap kebanyakan mata duit global, termasuk Rupiah," kata Direktur Eksekutif Departermen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, melalui keterangan tertulis, Kamis (17/4/2025).
Untuk ULN pemerintah, nilainya turun dari sebesar US$ 204,8 miliar, menjadi US$ 204,7 miliar pada Februari 2025.
Catatan penurunan ULN pemerintah itu disebabkan perpindahan penempatan biaya penanammodal asing alias non residen dari surat utang pemerintah, ialah surat berbobot negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain.
"Seiring dengan tetap tingginya ketidakpastian pasar finansial global," ujar Ramdan Denny.
ULN pemerintah nan tersisa ini digunakan untuk mendukung pembiayaan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,6% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (17,8%); Jasa Pendidikan (16,6%); Konstruksi (12,1%); Transportasi dan Pergudangan (8,7%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (8,2%).
"Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat nyaris seluruh ULN mempunyai tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," tutur Denny.
Adapun untuk ULN swasta, nilainya merosot dari catatan per Januari 2025 sebesar US$ 194,77 miliar, menjadi US$ 194,81 miliar. Dipengaruhi turunnya utang luar negeri setkor lembaga finansial maupun non lembaga finansial secara tahunan.
"Perkembangan ULN swasta tersebut berasal baik dari lembaga finansial (financial corporations) maupun perusahaan bukan lembaga finansial (nonfinancial corporations), nan masing-masing terkontraksi sebesar 2,2% (yoy) dan 1,5% (yoy)," ucap Denny.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 79,6% dari total ULN swasta.
"ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5% terhadap total ULN swasta," tegas Denny.
Secara total, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi hanya sebesar 30,2% pada Februari 2025, dari 30,3% pada Januari 2025, serta kekuasaan ULN jangka panjang dengan pangsa 84,7% dari total ULN.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Amankan Rupiah, BI Berjaga di Pasar Dengan Triple Intervention
Next Article Jangan Kaget! Dolar Rp16.000, Utang Luar Negeri RI Capai Rp6.774,4 T