Trump Usir Mahasiswa Asing, Jk Sebut Karena Sentimen Pada Negara Ini

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla mengomentari langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump nan melarang dan mengusir mahasiswa asing dari kampus ternama Universitas Harvard.

Menurutnya, langkah tersebut diambil Trump hanya lantaran sentimen terhadap China.

"Trump melawan dunia. Kenapa bukan Amerika melawan dunia? Trump melawan dunia, lantaran di Amerika sendiri dia tidak disenangi. Orang berontak, orang konflik, orang demo terus-terus," ujar Jusuf Kalla dalam aktivitas Meet The Leaders Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (24/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini jika Anda baca ini gila orang ini, Harvard pun ditutupnya untuk orang asing. Kenapa? hanya sentimennya ke China," ujarnya lagi.

JK kemudian mengatakan China saat ini maju lantaran belajar teknologi dari Amerika. Ia juga menyatakan kampus nomor satu di bumi ini masih dipegang oleh Harvard, baik dari segi keilmuan, sains, hingga teknologi, selain MIT (The Massachusetts Institute of Technology) di Boston. 

JK mengkritisi style kepemimpinan Trump nan hanya mengandalkan emosi tanpa pengetahuan, sehingga memunculkan beragam kebijakan nan kontroversial.

Kronologi Trump usir mahasiswa asing

Trump resmi melarang Universitas Harvard menerima mahasiswa dan mahasiswi asing, termasuk dalam skema beasiswa.

Ia juga memaksa pelajar asing lain nan telah menempuh pendidikan di Universitas Harvard untuk segera dipindahkan ke kampus-kampus lain. Jika perpindahan tidak segera diurus, mahasiswa asing tersebut bakal dicabut legalitasnya tinggal di AS.

Pengumuman tersebut disampaikan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem yang memerintahkan segera menghilangkan sertifikasi Program Pertukaran Mahasiswa Universitas Harvard untuk tahun aliran 2025-2026.

Dikutip dari Reuters, Noem menuduh pihak universitas "mempromosikan kekerasan, antisemitisme, dan berkoordinasi dengan Partai Komunis China."

"Ini merupakan suatu privilese, bukan hak, bagi universitas untuk menerima mahasiswa asing dan mendapatkan untung dari biaya kuliah nan lebih tinggi untuk membantu menambah biaya kekal mereka nan berbobot miliaran dolar," kata Noem.

Pihak Harvard menyebut kebijakan ini bakal berakibat besar terhadap ribuan mahasiswa asing di kampus mereka. Harvard kemudian menegaskan bahwa kebijakan itu terlarangan dan bisa memicu pembalasan.

Kebijakan pemerintah AS menandai kondisi nan semakin memanas antara pemerintahan Trump dan sejumlah kampus Ivy League, alias elite di AS. Sejumlah kampus elite itu menjadi sasaran utama Trump.

Situasi ini terjadi setelah Harvard menolak memberikan info nan diminta Noem mengenai visa pelajar di kampus itu.

Saat ini tercatat ada 6.800 mahasiswa asing nan kuliah di Harvard pada 2025-2026. Angka itu merupakan 27 persen dari seluruh mahasiswa nan kuliah di kampus ternama AS tersebut.

Warga asing asal China sendiri pernah menjadi mahasiswa nan terbanyak masuk Harvard pada 2022 sebesar 1.016 orang.

(lmy/vws)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya