Trump Ternyata Mau Isolasi Ekonomi China, Rayu 70 Negara Lakukan Ini

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menggunakan proses negosiasi tarif antara AS dan sejumlah negara untuk mengisolasi China. Sebagai informasi, usai Trump mengumumkan tarif resiprokal, sejumlah negara langsung antre untuk negosiasi.

Berdasarkan laporan The Wall Street Journal nan dikutip dari Reuters, Kamis (17/4/2025), Trump bisa saja mengurangi besaran tarif untuk sejumlah negara asalkan mereka bersedia ikut serta mengisolasi ekonomi China.

Negeri Paman Sam dilaporkan meminta 70 negara nan sedang bermusyawarah untuk tidak membuka pintu terhadap investasi dari pengusaha China. Mitra jual beli AS juga diminta melarang China mengekspor peralatan melalui negara mereka, serta tidak menyerap barang-barang industri murah dari Negeri Tirai Bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, usai China melakukan perlawanan dan menerapkan tarif impor 125% terhadap AS, Trump kembali menyerang dan menerapkan tarif baru 245%. Angka itu lebih besar dari tarif sebelumnya nan sebesar 145%.

Upaya isolasi nan dilakukan Trump bermaksud mengganggu ekonomi China nan sudah goyah, serta memaksa Beijing untuk berkompromi soal tarif. Trump dan Xi Jinping bisa saja berbincang mengenai persoalan tersebut.

Strategi itu sudah dikemukakan Trump secara tersirat Selasa kemarin, nan meminta negara-negara kudu memilih posisi mereka apakah berada di pihak AS dan China. Salah satu otak di kembali strategi tersebut adalah Menteri Keuangan Scott Bessent.

Bessent telah mengambil peran utama dalam negosiasi perdagangan sejak Trump mengumumkan jarak 90 hari pada tarif timbal kembali untuk sebagian besar negara selain China. Dari sumber nan mengetahui info itu, Bessent menyampaikan gagasannya kepada Trump selama pertemuan pada tanggal 6 April di Mar-a-Lago.

Adapun rencana itu berpotensi memutus hubungan China dari Ekonomi AS lewat tarif, serta mendepak saham-saham perusahaan China dari bursa AS. Meskipun Bessent menilai tetap ada ruang nan terbuka bagi AS dan China untuk bernegosiasi.

(ily/fdl)

Selengkapnya