Trump Patok Tarif Impor Tinggi, Ri Kirim Tuna Ke China

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana bakal memperluas pasar tuna Indonesia. Hal ini lantaran ada kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donal Trump nan mengenakan tarif timbal kembali sebesar 32% ke Indonesia nan dinilai bakal berakibat terhadap daya saing ekspor Indonesia ke AS. Terutama terhadap produk-produk perikanan laut.

Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya⁠ Trian Yunanda mengatakan negara-negara nan bakal menjadi sasaran ekspansi pasar tuna Indonesia ialah Uni-Eropa, Jepang, negara-negara Timur Tengah, Afrika, hingga China. Hal ini krusial agar produk unggulan ekspor Indonesia tidak hanya satu pasar.

"Mungkin sebelum kebijakan Trump juga kita tahu kan ada nan masalah mengenai dengan masalah tarif barrier juga. Itu juga tentunya menjadi concern kita. Tapi juga peluang-peluang pasar baru ini juga perlu. Seperti Middle East, Kemudian saya kira Jepang, Cina juga terbuka itu. Saya kira kita bakal lakukan diversifikasi pasar," katanya dalam aktivitas dalam Bincang Bahari KKP, Rabu (30/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain ekspansi pasar, Trian mengatakan pentingnya peningkatan mutu dari produk tuna Indonesia saat ini. Hal ini guna memenuhi standar mutu internasional dari produk tuna.

Ia mengatakan, perlu juga adanya peremajaan kapal penangkap ikan di Indonesia tetap berbahan kayu. Hal ini menjadi krusial dalam upaya Indonesia memperoleh approval number dari pasar global, khususnya Uni Eropa nan dikenal ketat dalam pengawasan mutu dan legalitas produk.

"Yang terpenting tadi ya kita gimana bisa memberikan added value kepada produk kita tadi. Jadi jangan ya sekedar kita menangkap kemudian dibekukan. Tapi gimana dari sisi kualitas ya baik itu nan mengenai dengan mutu maupun legalitas dari produk ini," katanya.

Trian mengatakan saat ini AS tetap menjadi tujuan utama eskpor tuna. Tercatat pada nilai ekspor hasil produksi perikanan nasional mencapai US$ 5,95 miliar 2024.

Ia mengatakan dari hasil tersebut, produk tuna menjadi nomor dua penyumbang terbesar setelah udang. Di mana produk udang sebesar US$ 1,68 miliar, sementara tuna, tongkol, cakalang sebesar Rp US$ 1,3 miliar.

"Tuna cakalang tongkol ini dengan volume sebesar 278 ribu ton menghasilkan nilai sekitar US$ 1,03 miliar, alias sekitar Rp 16,7 triliun," kata Trian.

(rrd/rrd)

Selengkapnya