ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Pergerakan nilai tukar rupiah pada Senin hari ini (3/2/2025) tampaknya tetap bakal volatil jelang berlakunya tarif Trump ke Kanada, Meksiko, dan China.
Selain itu, dari dalam negeri bakal ada sejumlah rilis info nan bakal mempengaruhi rupiah seperti indeks nilai konsumen dan pembaruan kondisi manufaktur.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,79% di nomor Rp16.575/US$ pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (27/02/2025). Posisi ini merupakan nan terparah sepanjang sejarah.
Secara mingguan, rupiah ambruk 1,69%. Hal ini lebih parah dibandingkan dengan performa minggu sebelumnya nan terdepresiasi 0,28%.
Dalam sebulan, rupiah sudah ambruk 1,69% dalam sebulan alias terdalam sejak April 2024.
Pelemahan ini juga memperpanjang tren negatif mata duit Garuda. Rupiah sudah terpuruk sejak Oktober 2024 alias lima bulan terakhir. Situasi ini nan terburuk sejak Mei-Oktober 2023 di mana rupiah melemah selama enam bulan beruntun.
Periode pelemahan rupiah sejak Oktober 2024 berbarengan dengan terpilihnya Presiden Donald Trump pada pemilu 5 November 2024 serta periode awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Bila dihitung sejak 5 November 2024, rupiah sudah turun Rp 845 alias 5,1%. Pelemahan rupiah sangat sigap dan berganti level dari Rp 15.000 sekarang mendekati Rp 17.000.
Pergerakan rupiah nan terus melemah ini lebih disebabkan oleh aspek eksternal, terutama terpilihnya Donald Trump.
Kebijakan Trump sangat konsentrasi untuk menjadikan ekonomi AS lebih kuat, termasuk dengan melindungi upaya dalam negeri dan pemberlakuan tarif impor.
Kebijakan ini diprediksi bakal mengerek kembali inflasi AS sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kesulitan memangkas suku kembang secara jor-joran.
Investor pun kembali berduyun-duyun ke AS dan menanamka investasi Ke sana, terutama dolar AS. Indeks dolar AS pun terbang dan sempat menyentuh ke 109 pada Januari alias level tertingginya sejak November 2022.
Pekan ini, sentimen penekan mata duit Garuda juga tetap mengenai tarif Trump. Dia kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% bakal mulai bertindak pada awal pekan depan.
Sementara China bakal dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi nan menjadi karakter unik pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.
Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, nan menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif bakal kembali diberlakukan alias tidak setelah periode penundaan berakhir.Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut bakal melangkah sesuai jadwal.
Dalam pernyataannya, Trump menyatakan bahwa perdagangan narkotika terlarangan dari Meksiko dan Kanada ke AS tetap berada pada tingkat nan sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.
"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh lantaran itu, hingga masalah ini berakhir alias setidaknya sangat dibatasi, tarif nan dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret bakal tetap berlaku, seperti nan telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal pergerakan rupiah tetap dalam tren pelemahan melawan dolar AS. Patut diantisipasi pelemahan tetap bisa terjadi menguji resistance terdekat di Rp16.740/US$ nan merupakan high candle 1 April 2020.
Sementara itu untuk potensi penguatan bisa dicermati support terdekat di Rp16.240/US$ nan didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam alias Moving Average/MA 50 daily.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Anjlok ke 16.575 per USD, Terparah Sepanjang Sejarah
Next Article 4 Hari Beruntun Rupiah Ambruk, Dolar Sentuh Rp15.415