ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkap salah satu penyebab nilai telur dan daging ayam ambruk lantaran rendahnya permintaan masyarakat. Sebelumnya dua komoditas pangan itu harganya melonjak saat momen Natal dan Tahun Baru serta Ramadan.
Sementara saat ini permintaan bakal dua komoditas pangan itu tengah mengalami penurunan. Itulah sebabnya nilai pun juga mengalami penurunan.
"Jadi jika tren itu kebutuhan, jadi gini. Telur itu biasanya, nataru itu kebutuhan meningkat. Orang buat kue, lebaran, setelah itu biasanya turun kebutuhannya. Pada saat kebutuhan turun, maka hasilnya (harga) bakal turun. Kalau kebutuhannya naik, (harga naik) itu makanya juga pentingnya punya cold storage," kata dia ditemui di Kantor Bapanas, Selasa (29/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menerangkan penurunan alias kenaikan nilai telur dan daging tetap ditoleransi jika tetap direntan 5% sampai 10%. "Kalau nilai nan dibutuhkan Rp 28.000-Rp 30.000/kg, nomor Rp 26.000-Rp 27.000/kg tetap acceptable," tambahnya.
Sebagai upaya mengintervensi, Arief melakukan pertemuan dengan Badan Gizi Nasional agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyerap banyak hasil telur dan daging ayam dari peternak langsung.
"Saya kemarin ketemu Pak Sestama (Sekretaris Utama) Badan Gizi Nasional, bahwa harusnya para petani, para peternak itu link langsung (ke MBG). Ini seiring, ini sekarang sudah ada kemarin teman-teman di Badan Gizi sampai udah 1.082 (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi)," ucapnya.
Arief menargetkan, kerja sama program MBG dengan peternak dapat meningkat melalui SPPG. Ia menyebutkan, jika SPPG nan tersambung dengan peternak mencapai 1.500, maka 15 juta butir telur dapat diserap.
"Nanti jika sudah sampai 1.500 (SPPG) ya, ini berfaedah 1.500 (SPPG) kali 3.000 orang, 15 juta. Bayangkn hari ini 15 juta butir, besok 15, besok lusa 15 juta butir. Jadi itu kelak bakal terbalik. Makanya kita kudu persiapkan hulu sama hilirnya bersamaan," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan berasas kasus-kasus sebelumnya, masalah penurunan nilai di tingkat peternak ini biasanya bakal dengan sigap teratasi setelah Kementerian mengundang para pemangku kepentingan seperti peternak dan industri.
"Kami minta itu peternak mini jangan dibiarkan jalan sendiri. Aku minta Dirjen, Direktur turun tangan semua. Berapa kali terjadi dulu, kami undang langsung normal, Insyallah," papar Amran, saat ditemui wartawan di Kantor Kementan, Sabtu (26/4/2025).
"Kami dijanji, kami kemarin minta kapan bisa normal, katanya minggu depan, paling lambat minggu depan. Kalau tidak normal, saya nan turun tangan," tegasnya.
(kil/kil)