ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Danamon Tbk (BDMN) melaporkan untung tahun melangkah nan dapat diatribusikan kepada pemilik 9,3% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 3,2 triliun.
Tekanan likuiditas dan pendapatan kembang bersih menjadi penyebab kontraksi untung bank nan dikuasai oleh MUFG Bank Ltd tersebut. Mengutip laporan finansial publikasi perusahaan, pendapatan kembang Bank Danamon naik 12,75% yoy menjadi Rp 22,79 triliun.
Pada periode nan sama beban kembang melambung hingga 45,45% yoy menjadi Rp 6,89 triliun. Alhasil pendapatan kembang bersih bank hanya naik 3% yoy menjadi Rp15,21 triliun.
Meroketnya beban kembang seiring dengan tergerusnya rasio biaya murah atau current account savings account (CASA) bank per Desember 2024, alias turun 106 pedoman poin (bps) dari 52,3% menjadi 41,7%.
Bank Danamon mencatat biaya pihak ketiga (DPK) nan terdiri dari CASA atau tabungan dan giro merosot 13% yoy menjadi Rp63,84 triliun. Sementara itu simpanan berjangka naik 33% yoy menjadi Rp89,38 triliun.
Pendapatan kembang nan tumbuh melambat tahun lalu, seiring dengan penyaluran angsuran sepanjang 2024 nan hanya tumbuh 8% yoy menjadi Rp189,4 triliun. Pada tahun sebelumnya Bank Danamon membukukan pertumbuhan angsuran sebesar 19% yoy.
Direktur Keuangan BDMN Muljono Tjandra mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan angsuran sepanjang tahun lampau seiring dengan lesunya upaya industri otomotif. Padahal sektor tersebut merupakan salah satu segmen andalan.
"Memang ada sedikit challenges di dalam auto financing industry lantaran demand-nya melemah," kata Muljono saat Paparan Kinerja Keuangan Tahun 2024 Bank Danamon secara virtual, Selasa (18/2/2025).
Hal itu tercermin pada perolehan upaya anak upaya Bank Danamon, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF). Perusahaan pembiayaan kendaraan itu telah melaporkan lebih dulu, bahwa labanya turun 27,83% yoy menjadi Rp1,4 triliun sepanjang 2024.
Mengutip presentasi perusahaan, pembiayaan baru roda dua dari Adira Finance trun 9,4% yoy, sedangkan roda empat turun 28,6% yoy. Secara total, portofolio pembiayaan roda dua sepanjang 2024 tumbuh 1% yoy menjadi Rp18,8 triliun dan roda empat merosot 6% yoy menjadi Rp26,07 triliun.
Pada periode nan sama, angsuran multiguna naik 19% yoy menjadi Rp 10,39 triliun. Akan tetapi belum cukup kuat mengompensasi tekanan pada industri otomotif.
Direktur Utama ADMF I Dewa Made Susila mengakui memang sepanjang tahun lalu, penjualan otomotif mengalami koreksi, terutama di kendaraan berjantera empat. "Nah ini tentu akibat dari penurunan daya beli masyarakat, terutama di segmen menengah bawah," kata Made.
Made menjabarkan bahwa pihaknya menyiapkan sejumlah strategi untuk menyikapi kondisi ini dan dapat tetap bertumbuh secara berkelanjutan. Pertama, konsentrasi pada pertumbuhan di area-area nan tetap menjanjikan, seperti wilayah Indonesia Timur dan Sumatera. Selain itu juga menambah bagian di beberapa kota nan prospektif.
"Nomor dua adalah kami juga mendiversifikasikan upaya kami dalam corak pinjaman biaya tunai nan dijamin oleh kendaraan. Jadi upaya ini nan disebut multi-purpose loan sudah berkontribusi nyaris 25% dari booking kami," terang Made.
Ketiga, dengan mengembangkan upaya Adira seperti segmen non-auto. Made mengatakan pihaknya juga bakal mempererat penetrasi ke pengguna bankable dari induknya, Bank Danamon.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini: