Ternyata Ini Alasan Studio Game Asal Ri Sulit 'survive'

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Para developer nan mau membikin studio game, ada nan perlu diperhatikan ialah menyiapkan mental untuk menjadi entrepreneurship.

"Cuma mentality untuk jadi entrepreneurship, memutuskan semua keputusannya sendiri itu tuh its also another of stressful menurutku ya. Karena kita tanggung jawabnya jika jadi tenaga kerja kan seandainya kita bikin salah tetap ada bumper atas nih nan bisa ngerti gitu," kata Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, Senin (21/4/2025).

"Tapi jika seandainya betul-betul udah berdiri di atas kaki sendiri itu pasti ada hal-hal nan kayak saya enggak percaya kita itu siap apa enggak," dia menambahkan.

Salah satu nan terpenting adalah mempunyai pengalaman untuk mengetahui industri game. Berbeda dengan Indonesia, developer game di luar negeri nan membuka studio sendiri biasanya sudah punya pengalaman bertahun-tahun kerja di studio game raksasa.

"Kalau di sini hari ini lulus besok bikin game, bikin studio game. Nah apakah sudah cukup nih mentalitynya untuk mendapatkan stressful sebesar itu? Sedangkan dia sendiri mungkin belum punya pengalaman gitu," ujarnya.

Dia mengatakan industri game sangat menjanjikan secara pemasukan. Baik untuk bekerja maupun untuk membuka studio baru.

Kembali dia mengingatkan nan kudu jadi perhatian mengenai pengalaman. Jangan juga sampai seperti kejadian banyaknya startup namun kemudian banyak nan berguguran.

"Tahun ini mungkin grafiknya bagus, ada 300 studio game. Tahun depan cuman 150 nan bisa survive. Ini bisa jelek bagi ekosistem and buat info kita gitu loh. Jadi daripada membikin nan baru, coba aja cari pengganti lain untuk akhirnya bisa masuk ke industri," tutur Shafiq.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Warga RI Diminta Pindah ke e-SIM, Apa Untung & Urgensinya?

Selengkapnya