ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah melangkah selama empat bulan, sejak pertama kali diresmikan pada 10 Februari 2025. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan beberapa info menarik, salah satunya lebih banyak wanita daripada laki-laki nan sudah melakukan CKG.
"Saya bisa sampaikan bahwa lebih banyak wanita nan melakukan CKG daripada laki-laki. Jadi ini adalah panggilan buat saya sendiri sebagai laki-laki untuk memberikan contoh agar kita juga mau hidup lebih sehat," terang Menkes dalam konvensi pers daring, Kamis (12/6/2025).
"Data menunjukkan bahwa usia hidup rata-rata wanita itu sudah di atas laki-laki. Saya rasa inilah penyebab salah satu lantaran kita laki-laki tidak serajin istri kita, anak kita nan wanita nan melakukan CKG. Jadi, para laki-laki mengikuti rekan-rekan kita nan wanita untuk melakukan cek kesehatan gratis," sambungnya.
Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Iwan Ariawan juga mengungkapkan perihal nan serupa. Berdasarkan data, jumlah masyarakat Indonesia nan sudah melakukan CKG sebanyak 8.623.665 orang.
Dari total tersebut, jumlah wanita nan sudah melakukan program CKG sebanyak 5.366.372 (62,24 persen). Sementara laki-laki hanya 3.257.293 (37,76 persen).
"Kalau kita lihat, nan datang ini tetap kebanyakan perempuan. Jadi 2 per 3-nya adalah perempuan. Padahal kita tahu, masyarakat kita itu 50-50, 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan," jelas dr Iwan.
"Jadi nan laki-laki kesadarannya tetap kurang untuk datang untuk melakukan cek kesehatan gratis," lanjutnya.
NEXT: Masalah kesehatan nan sering ditemukan
Masalah Kesehatan nan Sering Ditemukan
dr Iwan mengungkapkan salah satu masalah kesehatan nan sering ditemukan adalah kegemukan alias obesitas sentral. Kondisi ini dapat diperiksa melalui lingkar pinggang.
Pada pria, lingkar pinggang nan lebih dari 90 cm sudah termasuk obesitas. Sementara pada wanita dapat dinyatakan obesitas jika lingkar pinggangnya lebih dari 80 cm.
"Ini 50 persen alias 1 dari 2 wanita nan melakukan CKG itu ada obesitas sentral. Pada laki-laki, 1 dari 4, ini tinggi ya. Dan ini merupakan aspek akibat untuk penyakit berikutnya, ialah hipertensi dan glukosuria melitus," beber dr Iwan.
"Pada peserta CKG nan mempunyai obesitas sentral itu kemungkinan dia mempunyai tekanan hipertensi alias glukosuria itu satu separuh sampai dua kali lipat, jadi risikonya itu meningkat tinggi. Dan seperti nan kita tahu, bahwa kedua penyakit ini adalah akibat penyakit berikutnya nan lebih fatal ialah jantung dan stroke," tambahnya.
Dari hasil temuan peserta CKG, sebanyak 20,9 persen mengalami hipertensi dan 5,9 persen didiagnosis diabetes. Orang-orang dengan kondisi ini, baik laki-laki maupun perempuan, sangat berisiko mengalami stroke, penyakit jantung, hingga kandas ginjal.
dr Iwan juga membeberkan info berasas usianya. Orang-orang usia muda seperti 18 tahun sudah menderita tekanan hipertensi alias hipertensi. Di usia 40 tahun ke atas, itu ada 1 dari 3 orang menderita hipertensi.
"Sedangkan untuk glukosuria juga sudah dimulai dari pada usia muda. Dan pada usia 40 tahun ke atas, itu sudah 1 dari 10 orang mengalami penyakit gula hipertensi alias diabetes," pungkasnya.