ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan kondisi tabungan masyarakat makin seret pada akhir 2024. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengakui bahwa daya beli rendah memang tetap menjadi tantangan nan berpengaruh ke pertumbuhan biaya pihak ketiga (DPK).
Ia mengungkapkan pertumbuhan DPK sepanjang tahun lalu, sempat kencang dengan pertumbuhan 9% secara tahunan (yoy), namun kemudian turun ke 8% yoy, 7% yoy, hingga memperkuat di kisaran 6% yoy. Bahkan, Purbaya mengungkapkan, DPK hanya tumbuh 4,21% per Desember 2024, jauh di bawah perkiraan LPS.
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian masyarakat makan tabungan namalain "mantab" tetap terjadi, dan mungkin bakal bersambung untuk sementara waktu, hingga ekonomi RI mulai pulih. Purbaya memperkirakan ekonomi bakal mulai pulih di pertengahan triwulan II-2024.
"Kita sih tetap memperkirakan sampai sekarang, ini hanya sementara dan ekonomi bakal mulai recover di pertengahan triwulan ke-2, triwulan ke-3, dan triwulan ke-4," kata Purbaya saat Konferensi Pers TPB LPS, Kamis (23/1/2025).
Ia melanjutkan, pemulihan ekonomi mulai terjadi ketika program-program pemerintah mulai berjalan. Begitu pula dengan kemungkinan keadaan ekonomi dunia nan bakal membaik. Lantas, LPS memprediksikan DPK bakal tumbuh di kisaran 6% hingga 7% tahun ini.
"Jadi kita prediksi, bakal lebih sehat ekonomi dibanding sebelumnya dan daya beli pun bakal membaik. Kita prediksi DPK tumbuh antara 6% sampai 7% untuk tahun 2025," ujar Purbaya.
Pada kesempatan nan sama, dia juga mengungkapkan bahwa akibat pemerintahan Presiden AS Donald Trump tetap terlalu awal untuk diperkirakan dampaknya terhadap perekonomian domestik.
Purbaya mengatakan perihal itu terlihat dari beragam sasaran perekonomian pemerintah, dalam perihal ini Bank Indonesia (BI), hingga Otoritas jasa finansial (OJK) nan belum merubah kebijakannya. Walaupun, pasar menyebut Trump menciptakan instabilitas di pasar bumi akibat pengenaan tarif impor.
Namun demikian, Purbaya menyoroti langkah pertama kepemimpinan Trump nan berakibat positif terhadap aspek geopolitik, ialah meredanya perang di Gaza serta sinyal bakal redanya perang Rusia-Ukraina.
"Tapi jika kita lihat, ada satu akibat positif nan kita bisa cermati langsung dari langkah pertama beliau. Jadi, perang kelihatannya bakal berhenti. Gaza tiba-tiba damai. Rusia-Ukraina juga kira-kira bakal ditekan ke arah sana," jelasnya.
Purbaya menegaskan nan perlu diwaspadai saat ini adalah ketidakpastian ekonomi hingga perang jual beli nan terjadi di negara-negara ekonomi terbesar dunia. Selain itu, Trump mendeklarasikan kebijakan America First nan bakal membikin ekonomi AS bakal menguat nan memberikan pengaruh terhadap perekonomian seluruh bumi nan positif.
"Kalau Amerika tumbuh bagus, nan lain juga ikut. Karena Amerika banyak impor dari negara lain termasuk Indonesia dan China," pungkasnya.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perkuat Perbankan, Mandat LPS Diperluas Setara LPS Negara Maju
Next Article Bos LPS Sebut Tabungan Masyarakat Berpeluang Tumbuh Double Digit