Suara Lantang Greta Thunberg, Bela Palestina Hingga Kritik Rusia

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, detikai.com --

Aktivis lingkungan dan kewenangan asasi manusia, Greta Thunberg, kembali menjadi sorotan usai berbareng 11 aktivis lainnya berlayar menggunakan kapal menuju Gaza dengan misi membawa support kemanusiaan untuk Palestina.

Setelah memulai pelayaran pada awal Juni lalu, Thunberg dan para aktivis lainnya tak sukses mencapai pesisir Gaza gara-gara dicegat dan diculik oleh pasukan Israel di perairan internasional pada Senin (9/6).

Thunberg dan awak kapal lainnya kemudian dibawa ke Pelabuhan Ashdod, sebelum dideportasi ke negara asalnya masing-masing melalui Bandara Ben Gurion Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setibanya di negara asalnya, Swedia, Thunberg disambut bak "pahlawan. Di Bandara Arlanda, Stockholm, sejumlah orang telah menunggu untuk menyambut kepulangan aktivis berumur 22 tahun itu.

Ini bukan kali pertama Greta Thunberg melakukan tindakan berani dan lantang bersuara. Berikut jejak-jejak perlawanan Greta Thunber, seperti dilansir dari beragam sumber.

Fridays for Future

Pada Agustus 2018, saat tetap berumur 15 tahun, Thunberg membolos sekolah demi melakukan tindakan unjuk rasa seorang diri di luar parlemen Swedia, menuntut tindak lanjut pemerintah terhadap perubahan iklim.

Aksinya ini kemudian diikuti siswa-siswa lain, guru-guru, apalagi orang tua hingga menarik perhatian media atas kampanye iklimnya.

Thunberg kemudian memulai tindakan tersebut setiap hari Jumat untuk menyuarakan soal rumor iklim. Dia juga turut membujuk pelajar lain untuk berasosiasi dalam kampanye mingguan nan diberi nama "Fridays for Future", dengan melakukan tindakan di sekolah mereka masing-masing.

Pada November 2018, lebih dari 17 ribu siswa di 24 negara ikut serta dalam tindakan ini setiap hari Jumat. Aksi ini juga banyak diikuti pelajar di beragam negara seperti Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Finlandia, Denmark, Prancis, dan Belanda

Thunberg pun mulai berpidato di beragam aktivitas krusial di Eropa, termasuk perundingan suasana PBB di Polandia. Dia juga memberikan pidato di World Economic Forum di Davos, di Parlemen Eropa, hingga di depan badan legislatif Italia, Prancis, Inggris, dan AS.

Naik kapal ke New York

Pada Agustus 2019, Thunberg berlayar selama 15 hari sejauh 4.800 kilometer melintasi Atlantik, untuk berperan-serta dalam pertemuan tingkat tinggi nan membahas masalah suasana di markas Perserikatan Bangsa Bangsa di New York, Amerika Serikat.

Thunberg berlayar dari Plymouth di Inggris dengan kapal pesiar tanpa emisi, demi meminimalkan jejak karbon dari perjalanannya.

"Perang kita terhadap alam kudu diakhiri. Saya mau mengucapkan terima kasih kepada semua orang nan terlibat dalam perjuangan melawan perubahan suasana ini, lantaran ini adalah perjuangan lintas batas, lintas benua," ungkap Thunberg saat itu.

Dia melakukan perjalanan itu dengan Kapal Malizia II, nan termasuk dalam kategori kapal pesiar balap berkecepatan tinggi dengan turbin bawah air dan tanpa emisi karbon.

Kritik Rusia

Thunberg menuduh ulah Rusia nan menyebabkan runtuhnya waduk Kakhovka di Ukraina pada 2023 lalu, sebagai sebuah tindakan "ekosida".

Jebolnya waduk besar nan berada di bawah kendali Rusia di wilayah Kherson, Ukraina selatan, menyebabkan banjir besar nan memaksa ribuan masyarakat mengungsi dan menimbulkan kerusakan lingkungan.

"Ekosida ini merupakan kelanjutan dari invasi besar-besaran Rusia nan tidak berdasar ke Ukraina, dan ini adalah kekejaman lain nan membikin bumi kehilangan kata-kata. Mata kita sekali lagi tertuju pada Rusia nan kudu bertanggung jawab atas kejahatan mereka," kata Thunberg.

(dna/bac)

Selengkapnya