ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bumi bergerak stabil condong menguat tipis pada perdagangan Kamis (17/7) pagi, setelah sempat tertekan selama tiga hari berturut-turut. Investor sekarang menimbang data stok minyak AS, ketegangan perdagangan global, dan ancaman pasokan dari area Timur Tengah.
Menurut info Refinitiv pada pukul 09.50 WIB, Brent perjanjian September diperdagangkan di US$68,78 per barel, naik tipis dari penutupan sebelumnya. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) perjanjian Agustus berada di US$66,72 per barel.
Stok distilat AS naik, namun persediaan minyak mentah nasional justru turun. Data campuran ini membikin pasar menunggu sinyal lebih jelas soal arah pasokan. Sentimen kian sensitif setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tarif baru sebesar 10-15% ke lebih dari 150 negara, nan berpotensi menekan permintaan minyak global.
Meski demikian, analis menilai inventori diesel nan rendah di AS dan Eropa tetap memberi support harga. Zhou Mi, analis Chaos Ternary Futures Co, menyebut, "Dalam jangka pendek, pasar tetap dihadapkan pada level persediaan diesel nan rendah, sehingga menopang harga. Namun, ke depan suplai OPEC+ nan kembali masuk ke pasar bisa memicu tren bearish."
Dari Timur Tengah, serangan drone ke ladang minyak di Kurdistan, Irak kembali menimbulkan akibat geopolitik. Walau area tersebut belum mengekspor minyak sejak dua tahun lalu, serangan ini memperkuat ketidakpastian di jalur pasokan daya global.
Pasar minyak bakal terus memantau perkembangan stok AS, langkah tarif Trump, serta ketegangan di Timur Tengah sebagai penentu arah nilai ke depan.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Turun, Jelang OPEC+ dan Sinyal Trump