Sri Mulyani Sebut Industri Tekstil Ri Tetap Kuat Meski Banyak Pabrik Tutup

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan pertumbuhan sektor industri tekstil tetap bertumbuh kuat di tengah berita banyak pabrik nan tumbang. Raja tekstil RI, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex, menjadi salah satu kasus kebangkrutan nan paling banyak mendapat sorotan.

Sri Mulyani menjelaskan, sepanjang tahun 2024 industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,3%. Angka ini naik dibandingkan tahun 2023 nan apalagi minus 2%.

"TPT nan walaupun lantaran terjadinya buletin terhadap satu perusahaan mengalami kebangkrutan, tapi TPT kita tumbuh 4,3% di 2024. (Naik) dibandingkan tahun sebelumnya nan negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa periode Januari dan Februari 2025, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (13/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu pula dengan industri dasar kaki, Sri Mulyani mengatakan, angkanya apalagi tumbuh cukup tinggi hingga 6,8%. Pertumbuhannya juga cukup signifikan dibandingkan tahun 2023 nan tercatat minus 0,3%.

"Artinya hingga akhir 2024 industri manufaktur kita baik nan labor intensive seperti TPT dan dasar kaki, terutama industri kimia, elektronik, logam dasar mengalami kenaikan including makanan dan minuman," ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, keahlian tersebut nan berkontribusi pada Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur RI Februari 2025 nan tercatat ekspansi cukup tinggi 53,6. Hampir semua kontributornya tercatat positif, selain ekspor dengan indeks 49,4.

"Outputnya positif (54,4), total permintaan positif 54,8, total tenaga kerja 53, stok peralatan jadi 51,7, dan stok input produksi 54,1. Kalau punya input berfaedah dia mau memproduksi, ini perihal nan sangat bagus," kata dia.

Pada Februari 2025, ekspor industri TPT dan dasar kaki juga mencatatkan pertumbuhan. Ekspor dasar kaki tumbuh double digit di 17%, sedangkan tekstil di 3,8%. Menurutnya, kondisi ini menggambarkan industri RI tetap cukup kuat untuk bertumbuh.

Sementara itu, merespons kekhawatiran terjadi krisis ekonomi di tengah maraknya PHK industri tekstil, Sri Mulyani menekankan, justru jika memandang info keahlian ekspor, industri tetap tetap bertumbuh kuat. Konsumsi rumah tangga juga tumbuh 4,96.

"Tadi presentasi kami juga menyebutkan, even untuk TPT dan dasar kaki itu nan labor intensive, itu ekspornya naik, dan juga apalagi untuk manufaktur nan non labor intensive," ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, justru jika memandang info tersebut dan upaya pemerintah mencoba menjaga daya beli masyarakat dengan membikin langkah-langkah menurunkan administered price, itu tujuannya agar ekonomi RI tetap stabil.

"Makanya disitu resilient. Makanya konsumsi rumah tangga tetap tumbuh 4,96%, itu adalah growth ya, sampai akhir tahun, dan Januari-Februari deflasi lantaran beragam langkah tadi, nilai pangan turun, beberapa potongan nilai listrik, itu menunjukkan krisis nggak? Itu upaya. Jadi insyaallah nggak, kita pemerintah bakal coba jaga terus," katanya.

(shc/rrd)

Selengkapnya