ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Dalam dua bulan awal tahun ini, setoran pajak nan masuk ke kas negara hanya senilai Rp187,8 triliun, terkontraksi sebesar 30,19% dibandingkan catatan Februari 2024 sebesar Rp 269,02 triliun. Anjloknya setoran pajak pada awal tahun bisa jadi dipicu oleh bermasalahnya aktivitas perekonomian Indonesia.
Anjloknya penerimaan pajak negara dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, tidak terlepas juga industri perbankan. Bankir-bankir pun membeberkan potensi. dampaknya terhadap aktivitas upaya bank.
Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia (DNAR), Efdinal Alamsyah mengatakan penurunan penerimaan pajak sering kali mencerminkan perlambatan aktivitas ekonomi. Jika ekonomi melambat, kata dia, pendapatan masyarakat dan profitabilitas upaya dapat menurun, meningkatkan akibat kandas bayar kredit.
"Selain itu jika pemerintah menghadapi defisit anggaran akibat penurunan penerimaan pajak, pemerintah mungkin meningkatkan publikasi surat utang untuk menutupi kekurangan tersebut. Hal ini dapat menyerap likuiditas dari pasar keuangan, sehingga mengurangi kesiapan biaya bagi bank untuk disalurkan sebagai kredit," ujar Efdinal saat dihubungi detikai.com, Jumat (14/3/2025).
Ia melanjutkan, peningkatan publikasi surat utang oleh pemerintah kemudian dapat menyebabkan kenaikan suku kembang di pasar. Suku kembang nan lebih tinggi dapat meningkatkan biaya dana bagi bank, nan pada gilirannya dapat meningkatkan suku kembang angsuran dan menurunkan permintaan kredit.
"Untuk memitigasi kondisi tersebut diperlukan pelonggaran kebijakan moneter, seperti menurunkan suku kembang referensi alias memberikan akomodasi likuiditas kepada bank seperti nan sudah dilakukan BI dengan KLM, untuk memastikan kesiapan biaya nan cukup bagi perbankan dan menjaga stabilitas penyaluran kredit," terang Efdinal.
Selain itu, menurutnya, pemerintah dapat mengalokasikan stimulus fiskal nan tepat sasaran untuk sektor-sektor nan terdampak, guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kepercayaan pelaku usaha. Hal ini dapat membantu menjaga permintaan angsuran tetap stabil.
Sementara itu, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga (BNGA), Lani Darmawan mengatakan akibat penurunan penerimaan pajak negara berkarakter tidak langsung. Ia mengatakan keadaan ini sejalan dengan pendapatan bumi usaha.
"Saya rasa [dampaknya terhadap perbankan] tidak secara langsung. Namun kudu dilihat apakah memang pendapatan bumi upaya nan juga analog sehingga pajak juga turun, sejalan dengan kondisi economic," kata Lani saat dihubungi detikai.com, Jumat (14/3/2025).
Ia mengatakan pihaknya bakal konsentrasi menggarap segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) nan mempunyai aktivitas upaya nan berkelanjutan.
Senada, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan penurunan penerimaan pajak tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegunaan intermediasi bank. Ia menguraikan, penurunan penerimaan pajak bisa disebabkan lantaran beragam perihal seperti relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), penyesuaian tarif pajak, serta akibat dari turunnya pendapatan sektor komoditas. Walau demikian, Trioksa mengatakan bahwa keadaan ini perlu dihiraukan oleh bank.
"Namun perihal tersebut dapat menjadi perhatian bagi bank ketika bakal melakukan ekspansi angsuran terutama ke sektor industri nan sedang mengalami penurunan pendapatan. Untuk memitigasi, bank perlu selektif dan berhati-hati dalam melakukan ekspansi angsuran terutama ke sektor-sektor nan sedang menurun usahanya," jelasnya.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BPD Ungkap Efek Perang Dagang hingga Guyuran Likuiditas BI
Next Article Bankir RI dan Asing Blak-Blakan Kasih Peringatan Ini