ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Hari Minggu tidak membikin Andik Eko Prasetyo berakhir bekerja. Penjual kopi keliling, alias nan sering disebut 'starbak keliling' (starling), ini tetap mangkal di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tepatnya di belakang Mal Kelapa Gading (MKG).
Hujan baru turun rintik-rintik Minggu (23/2) pagi itu ketika Andik mulai berdagang di depan instansi BRI Unit Gading Mandiri. Sehari-hari, letak itu ditempati oleh mertuanya nan juga berdagang starling.
"Yang jualan di sini biasanya mertua, saya keliling. Kalau mertua libur, baru saya di sini. Kelilingnya wilayah sini-sini saja," kata Andik ketika berbincang dengan detikaicom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andik dulunya merupakan teknisi di sebuah pabrik lampu terkemuka nan berlokasi di Batam, Kepulauan Riau. Sudah 11 tahun dia bekerja di sana hingga akhirnya terimbas pemangkasan tenaga kerja lantaran Covid-19. Tahun 2020 itu, Andik pun pulang ke tempat asal istrinya di Jakarta Utara.
Awalnya Andik mencoba melamar pekerjaan serupa di wilayah Cikarang, Jawa Barat. Sambil menunggu peruntungannya, Andik mengisi waktu dengan ikut berdagang starling.
"Lihat mertua jualan starling, akhirnya ngikut daripada jadi pengangguran. Tadinya buat samlingen aja, eh malah keenakan," tuturnya, lantas tertawa.
Berhubung sudah punya motor Supra, waktu itu Andik tinggal membikin gerobak dan membeli stok kopi sachet. Dia juga perlu alat-alat seperti sendok, gelas, termos, dan sebagainya. Dihitung-hitung, Andik mengeluarkan modal kurang lebih Rp 3 juta.
Bapak dua anak itu mengaku lumayan kagum dengan penghasilan sebagai starling di awal-awal. Dalam sehari, dia mengaku bisa mengantongi penghasilan kotor sampai Rp 500-600 ribu. Jika dihitung dengan modal hariannya, nan paling besar Rp 300 ribu, Andik sudah untung 80-100 persen.
"Kalau ramai bisa sampai Rp 1 juta - Rp 1,5 juta dulu. Momen-momen seperti tahun baru dan Lebaran ramai juga, bisa buka sampai H+2," ceritanya.
Karena kerap berdagang di depan instansi unit BRI, Andik pun ditawari untuk mengusulkan pinjaman. Akhirnya dia mendapat pinjaman KUR Mikro pada tahun 2024, sebesar Rp 15 juta. Modal itu digunakannya bukan hanya untuk upaya kopi starling, tapi juga membantu upaya istrinya.
"Sebenarnya itu tetap di-push sampai Rp 30 juta, tapi kebanyakan. Buat starling segitu (Rp 15 juta) sudah cukup," paparnya.
Bertahan di Tengah Gempuran Kopi Kekinian
Selain starling, di sekitar tempat Andik berdagang juga sudah mulai banyak kopi kekinian keliling. Andik mengaku kehadiran kopi-kopi bersepeda listrik itu cukup berpengaruh ke omzetnya. Seperti nan diceritakannya, pendapatan dulu bisa mencapai Rp 1 juta. Saat ini, bisa info Rp 500 ribu saja sudah syukur.
"Ada sekitar 300 sepeda listrik (kopi keliling) di wilayah ini. Belum ada setahunan, tapi pengaruh banget sih ke starling. Pendapatan bisa turun 50 persen," tutur Andik.
Namun, dia mengaku tidak ambil pusing dengan kehadiran kopi kekinian keliling itu. Selama bisa memenuhi kebutuhan hariannya, Andik sudah merasa cukup.
Untuk menambah daya tarik starlingnya, Andik pernah mencoba menjual cireng istrinya juga di gerobak starling. Setidaknya cireng tersebut bisa menjadi pembeda.
"Tapi bawa-bawa gitu rupanya sigap dingin, takutnya konsumen nggak tertarik lagi. Harus menambah kompor, sih," katanya.
Meski persaingan semakin ketat, Andik mengaku tetap beriktikad meneruskan upaya starlingnya. Dia apalagi mengaku lebih nyaman berdagang kopi sachet keliling, lantaran pendapatannya kurang lebih sama seperti ketika bekerja di pabrik. Bedanya, sekarang Andik bisa tinggal berbareng family kecilnya, tidak seperti waktu di Batam.
"Ini juga lebih banyak dibandingkan kerja nan dulu (di Batam). Dulu sebulan termasuk lembur, jika dihitung per harınya, lebih banyak dari starling. Tergantung kita nabungnya. Kalau penghasilan datang sebulan sekali, sedangkan kebutuhan setiap hari ada. Starling perputaran uangnya lebih kelihatan," paparnya.
Andik juga merasa berterima kasih lantaran dirangkul pihak BRI. Selain mendapat pinjaman, dia juga merasakan beberapa support lain. Seperti mendapat akomodasi payung untuk gerobaknya dan QRIS.
"Boleh jualan di sini, dikasih payung, dikasih QRIS. Tadinya nggak pakai QRIS. Sampai sekarang kebanyakan pembeli tetap bayar pakai tunai. Kecuali jika lenyap gajian, baru mereka pakai QRIS," lanjutnya.
Manajer Bisnis Mikro (MBM) BRI KC Tanjung Priok Sukma Julianto mengatakan starling merupakan salah satu klaster nan masuk ke dalam Klusterku Hidupku. Starling di sekitar instansi unit memang menjadi salah satu jenis upaya nan potensial untuk dibina.
"Kalau starling itu memang kita cari nan ada di sekitaran instansi kita dulu. Sudah bisa kita salurkan, belum? Nggak usah jauh-jauh, ada nan di depan mata kita garap," jelas Sukma ditemui di kantornya, Selasa (25/3/2025).
Dari situ, pihak BRI umumnya mendalami lagi ekosistem upaya nan melibatkan UMKM tersebut. Misalnya untuk klaster starling, ada kaitannya dengan pemasok penyedia produk minuman sachet.
"Kita pelajari ekosistemnya, lantaran biasanya tiap wilayah itu ada produk unggulannya," lanjut Sukma
(des/hns)