Sejarawan Ke Fadli Zon: Sejarah Ri Tak Dijajah 350 Tahun Sudah Ditulis

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Sejarawan Asvi Warman Adam mengingatkan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon soal unsur kebaruan dalam penulisan sejarah.

Menurut Asvi, kitab sejarah pada prinsipnya kudu mempunyai unsur kebaruan. Sebab, perihal itulah nan membedakan satu karya sejarah dengan sejarah nan lain.

"Salah satu karakter dari pembuatan dari sejarah standar itu, juga menampakkan apa ya pembaruan alias tulisan-tulisan nan mutakhir ya. Perkembangan tulisan nan baru di dalam bagian sejarah mengenai peristiwa tertentu gitu," kata Asvi saat dihubungi, Kamis (8/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan itu disampaikan Asvi merespons proyek penulisan ulang sejarah RI di bawah Kementerian Kebudayaan. Menurut Fadli, kitab itu merevisi sejarah kolonialisme Indonesia selama 350 tahun.

Namun, menurut Asvi, kebenaran bahwa Indonesia tak dijajah selama 350 bukan perihal baru. Menurut dia, sejarah soal itu telah ditulis Gertrudes Johannes "Han" Resink lewat bukunya "Bukan 350 Tahun Dijajah" nan terbit perdana pada 1968.

"Kalau hanya nan berubah itu hanya mengatakan bahwa Indonesia tidak dijajah 350 tahun Itu sudah ditulis bukunya, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu kitab nan ditulis oleh Resink," kata dia.

Asvi mengatakan keputusan Kementerian Kebudayaan nan tak bakal melakukan revisi terhadap peristiwa '65 hingga sejarah pelanggaran HAM berat nan dilakukan negara pada '98 perlu dipertanyakan.

Menurut dia, mengabaikan rentetan peristiwa itu bertentangan dengan etika penulisan sejarah.

Asvi antara lain mencontohkan sejumlah kitab sejarah tentang peristiwa pemberontakan '65 nan telah banyak ditulis sejarawan. Termasuk juga pelanggaran HAM berat nan dilakukan negara pada '98, salah satunya menyeret nama Prabowo Subianto.

"Menurut irit saya jika tidak ada perubahan dari sejarah nan mau diterbitkan oleh Kementerian Kebudayaan itu, ya cukup kitab Resink itu saja nan dicetak ulang gitu. Dan tidak perlu mengumpulkan 100 orang sejarawan itu," kata Asvi.

"Mengumpulkan demikian banyak sejarawan itu untuk mengumpulkan temuan-temuan baru," imbuhnya.

Tak semua wilayah RI dijajah 350 tahun

Di sisi lain, Fadli Zon menyatakan tak seluruh wilayah Indonesia mengalami kolonialisme selama 350 tahun oleh kolonialisme Belanda. Ia mengatakan bahwa ada wilayah RI nan apalagi tidak pernah dijajah sama sekali.

"Karena di mana-mana kan terjadi perlawanan terhadap penjajah, sehingga saya kira tidak semuanya 350 tahun," kata Fadli di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (8/5) malam.

Fadli mengatakan bahwa pada faktanya banyak wilayah di Indonesia nan tak memilih tunduk kepada kolonialisme. Lewat proyek penulisan ulang sejarah, dia pun membujuk seluruh pihak untuk memandang kembali sejarah secara lebih objektif.

"Fakta-fakta sejarahnya banyak wilayah nan tidak tunduk, nan apalagi melawan hingga akhir dan apalagi hanya beberapa tahun, apalagi ada nan tidak pernah dijajah sama sekali," ucapnya.

Lewat proyek penulisan ulang sejarah juga, Fadli mengatakan sejarah resmi Indonesia nantinya bakal menonjolkan sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme. Ia menyatakan perihal itu bermaksud untuk menghapuskan mental inferior bangsa Indonesia.

"Jadi semangat itu nan kita mau tonjolkan dan itu saya kira adalah persoalan perspektif saja ke depan, bahwa kita memandang kita selalu melawan penjajahan," ujarnya.

PDIP minta tulisan dikaji publik

Anggota Komisi X dari Fraksi PDIP, I Nyoman Parta meminta proyek penulisan ulang sejarah RI haru diuji publik terlebih dahulu. Menurut Nyoman, penulisan sejarah, terutama menyangkut peristiwa politik dan tokoh-tokoh krusial bangsa, kudu dilakukan secara jujur dan objektif.

"Jadi, dalam konteks Kementerian Kebudayaan mau menulis ulang sejarah Indonesia, perlu diuji publik dulu naskah akademiknnya," kata dia dalam keterangannya, Jumat (9/5).

Menurut Nyoman, keterlibatan publik menelaah naskah akademik merupakan kunci agar sejarah nan ditulis ulang betul-betul bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sosial.

"Terutama nan berangkaian dengan sejarah politik dan peran-peran tokoh krusial kudu dituliskan secara jujur dan obyektif dengan argumentasi nan kuat," katanya.

Pemerintah saat ini tengah menggarap proyek penulisan ulang sejarah Indonesia nan ditargetkan rampung pada HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025. Salah satu topik nan diangkat adalah rencana perubahan sejarah RI dijajah selama 350 tahun.

Pernyataan Fadli soal tak ada satupun wilayah Indonesia nan betul-betul dijajah 350 tahun ini senada dengan G. J. Resink dalam bukunya Bukan 350 Tahun Dijajah (Komunitas Bambu, 2012)

Lewat kitab itu, Resink menyatakan bahwa tetap banyak kerajaan di Indonesia nan belum pernah ditaklukkan Belanda hingga 1900-an. Resink mengatakan pada abad ke-17, kerajaan-kerajaan lokal dapat menjalin hubungan diplomatik dengan bangsa lain tanpa diatur pemerintahan VOC.

Selain itu, sepanjang 1900-an juga tetap banyak kerajaan lokal nan belum dijajah Belanda. Dalam kitab itu, dia mencatat beberapa kerajaan seperti Aceh nan baru dikalahkan pada 1903 dan Bone pada 1905. Kemudian Kerajaan Klungkung di Bali nan berhujung pada 1908 buntut kekalahannya di Perang Puputan Klungkung.

(thr/mnf/dal)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya