Said Minta Otoritas Hindari Over Reaction, Jaga Stabilitas Pasar

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Di tengah gejolak pasar nan memanas akibat penurunan saham signifikan dan pelemahan nilai tukar, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah, mengimbau otoritas bursa untuk tidak melakukan reaksi berlebihan. Menurutnya, langkah tenang dan terukur sangat krusial untuk mencegah spiral kepanikan nan dapat memperburuk kondisi pasar keuangan.

"Situasi ini makin menggenapi sinyal pasar finansial kudu kita waspadai. Kita tidak berambisi situasi ini tidak makin berlarut larut. Sebagai Ketua Badan Anggaran DPR, saya berambisi seluruh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memberikan respon untuk menenangkan pasar," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (18/3).

Ia memaparkan, perdagangan di bursa saham sempat ter-suspend selama 30 menit pada Selasa (18/3), usai kebanyakan saham mengalami penurunan hingga 5%. Dampaknya, indeks year-to-date turun ke posisi Rp6.076,08 alias mengalami penurunan sebesar 15,2%, menempatkan bursa Indonesia dalam area merah jika dibandingkan dengan negara peers.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan pelemahan ke posisi Rp16.465 pada sesi pertama hingga pukul 12.00 WIB. Meskipun demikian, penurunan secara year-to-date sebesar 1,1% tetap dikategorikan berada dalam pemisah wajar.

Di luar dinamika pasar saham dan nilai tukar, sektor perdagangan memperlihatkan performa positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Februari 2025 mencatat ekspor Indonesia mencapai US$21,98 miliar, naik 2,58 persen dibandingkan Januari 2025.

Secara kumulatif, ekspor untuk periode Januari-Februari 2025 mencapai US$43,41 miliar dengan pertumbuhan nonmigas mencapai 10,92 persen. Neraca perdagangan juga menunjukkan surplus sebesar US$3,12 miliar alias setara Rp51,07 triliun per Februari 2025, melanjutkan surplus pada Januari 2025 sebesar US$3,49 miliar.

Lebih lanjut, Indeks PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global naik menjadi 53,6 pada Februari 2025, meningkat dari 51,9 pada Januari 2025, nan mengindikasikan adanya perbaikan pada sektor industri.

Melihat kondisi tersebut, Said pun merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasar keuangan, antara lain:

1. Mengadopsi style komunikasi nan lebih simpatik dan dialogis dengan membujuk semua komponen, terutama para pengusaha besar, untuk turut serta menyelamatkan pasar keuangan. Ia juga menyarankan agar Presiden turun tangan langsung dan membujuk rekanan upaya internasional, termasuk tokoh seperti Ray Dalio nan saat ini berada di Danantara, untuk memperkuat pasar saham.

2. Pemerintah perlu menegaskan bahwa reformasi fiskal nan tengah melangkah bakal menjamin keberlangsungan fiskal jangka panjang. Hal ini diyakini dapat menepis keraguan penanammodal dan menjaga daya tarik Surat Utang Negara (SUN) sebagai instrumen investasi.

3. Otoritas bursa dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan tidak over reaction, sehingga tidak memicu tindakan jual lebih luas. Menurutnya, kondisi pasar SBN dan kurs asing saat ini tetap stabil, sehingga perlu jeli dalam mengambil langkah setidaknya selama satu hingga dua hari ke depan.

4. Dalam jangka panjang, OJK dan otoritas bursa perlu memperluas pedoman investor, terutama di sektor ritel, serta mendorong penemuan produk, termasuk produk syariah, untuk memperkuat pasar saham.

5. Para pihak nan bukan bagian dari otoritas bursa hendaknya tidak menambah kepanikan pasar dengan intervensi dini, lantaran perihal tersebut justru dapat memicu reaksi berlebihan di kalangan pelaku pasar.

Said pun menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor di masa perubahan pasar untuk memastikan stabilitas sistem finansial nasional.

"Situasi ini memerlukan kebersamaan kita semua. Dari sisi KSSK, perlu menyampaikan bauran kebijakan sektor moneter dan fiskal nan memperkuat pasar finansial kita," pungkas dia.

Dengan beragam dinamika nan terjadi, langkah-langkah kebijakan nan terkoordinasi dan komunikasi nan jelas diharapkan bisa meredam gejolak pasar dan mengembalikan kepercayaan investor.

(rir)

Selengkapnya