Saham Konglomerat Ini Jadi Biang Kerok Ihsg Ambruk 1,58%

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk pada perdagangan sesi pertama Jumat (14/3/2025). Koreksi IHSG Semakin dalam di akhir sesi perdagangan nan mana pada pembukaan pasar, indeks turun 1,22% alias 81 poin ke level 6.566,2.

Pada penutupan sesi pertama, IHSG ambruk 1,58% ke 6.542,71. Nilai transaksi mencapai Rp 4,12 triliun nan melibatkan 7,7 ,iliar saham nan beranjak tangan 641 ribu kali. Sebanyak 191 saham menguat, 380 melemah, dan 221 stagnan.

Hampir seluruh sektor berada di area merah. Hanya daya nan hijau dengan kenaikan 0,18%. Adapun sektor teknologi ambruk paling dalam alias 7,34%.

Hal itu seiring dengan saham DCI Indonesia (DCII) nan ambruk 20% ke level 180.925. Sebagaimana diketahui, saham DCII sebelumnya reli panjang dengan kenaikan harian selalu menyentuh auto reject atas (ARA).

Saham DCII sepanjang tahun melangkah sudah naik lebih dari 300%. DCII melonjak tajam sejak 18 Februari 2025, seiring dengan pernyataan Toto Sugiri mengenai rencana stock split saham tersebut.

DCII menjadi laggard utama IHSG hari ini nan berkontribusi atas penurunan 59.71 indeks poin.

Selain itu, saham perbankan juga tetap menjadi pemberat IHSG. BBCA turun 1,67% menjadi 8.825 dan berkontribusi 9,76 indeks poin terhadap penurunan IHSG.

Sementara itu, anjloknya IHSG juga terjadi setelah pemerintah mengumumkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 tercatat defisit Rp31,2 triliun alias 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit per Februari ini adalah nan pertama dalam empat tahun terakhir.

Pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun. Komponen terbesar adalah pajak nan mencapai Rp187,8 triliun dan bea cukai Rp52,6 triliun.

Sementara itu, shopping negara dalam dua bulan pertama adalah Rp348,1 triliun alias 9,6% dari sasaran APBN. Pemerintah pusat menghabiskan Rp211,5 triliun dan transfer wilayah Rp136,6 triliun.

Defisit APBN per Februari tahun ini berbanding terbalik dengan tiga tahun sebelumnya di mana pada periode tersebut tetap mencatat surplus.

Hal ini menunjukkan besarnya ketergantungan Indonesia terhadap nilai komoditas. Sebagai catatan, Indonesia mendapatkan berkah lonjakan nilai komofditas sejak 2022 alias setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menguat Lebih Dari 2%, IHSG Sentuh Level 6.500

Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran

Selengkapnya