Ri Tambah Impor Pangan Dan Energi Dari As, Swasembada Dikorbankan?

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia bakal menambah impor pangan dan daya dari Amerika Serikat (AS). Meski impor ditambah, namun dia menyatakan upaya swasembada untuk dua sektor nan digagas Presiden Prabowo Subianto itu tak bakal terganggu.

Seperti diketahui, tambahan impor dari AS dilakukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dan AS, ini dilakukan sebagai tawaran untuk penurunan tarif tinggi bagi peralatan Indonesia nan masuk ke pasar AS.

Dengan tambahan impor nan mau dilakukan, Airlangga menjamin perihal ini tidak bakal membikin produk impor banjir di dalam negeri dan melemahkan upaya swasembada energi. Sebab Indonesia hanya bakal mengalihkan asal pasar produk impor pangannya saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya, produk gandum dan kedelai, baik kedelai utuh maupun olahan susu kedelai, selama ini Indonesia mengimpor produk tersebut dari beragam negara seperti Ukraina dan Australia. Kini Indonesia mengurangi pembelian dari negara tersebut dan memfokuskan pembelian gandum dan kedelai dari Amerika Serikat.

Jadi, jumlah total produk impor kedelai tidak bakal meningkatkan di Indonesia. Sementara upaya peningkatan produksi dalam negeri untuk swasembada juga bakal terus meningkat.

"Swasembada pangan tidak bakal terganggu dengan apa nan dibeli dari AS. Karena selama ini baik itu gandum, soya bean, dan soya bean milk kita impor tak hanya dari dari AS, tapi dari Australia, Ukraina, dan negara lain. Kami hanya melakukan pengalihan impor untuk bahan baku pangan tersebut," papar Airlangga dalam keterangan pers virtual, Jumat (18/4/2025).

Selain produk pangan macam gandum hingga kedelai, Indonesia juga berencana untuk menambah impor komoditas daya dari Amerika, mulai dari gas LPG, crude oil alias minyak mentah, hingga olahan bensin alias bahan bakar minyak (BBM).

Sama seperti komoditas pangan, Indonesia pun hanya memindahkan asal peralatan dalam rangka tambahan impor komoditas daya dari AS. Artinya, perihal ini tidak bakal mengganggu upaya menambah produksi daya di dalam negeri untuk mencapai swasembada.

Hal ini sebelumnya sempat dijelaskan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Menurutnya, Indonesia tidak menambah volume impor secara keseluruhan. nan saat ini dilakukan adalah hanya mengubah asal impor minyak dan gas.

Minyak dan gas nan awalnya didapatkan dari negara-negara Timur Tengah, Afrika, hingga Asia Tenggara sekarang dikurangi. Gantinya impor bakal dilakukan langsung dari Amerika Serikat.

"Ini kita switch aja, kita pindah aja ke Amerika dan itu tidak membebani APBN dan juga tidak menambah kuota impor kita. Nggak ada rumor itu sebenarnya. Switch aja, hanya dipindahin," beber Bahlil usai rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4/2025) kemarin.

Menurutnya, perihal ini tidak bakal menimbulkan masalah juga antara Indonesia dengan negara-negara awal pengekspor minyak dan gas. Sebab selama ini perdagangan nan dilakukan di Indonesia tidak mengikat satu sama lain. Semua dilakukan dengan asas perdagangan bebas.

"Ya ini kan persoalan jual beli aja. Kita juga nggak ada sebuah keterikatan nan mewajibkan bahwa kudu sama dengan nan sekarang. Biasa aja dagang," sebut Bahlil.

(hal/fdl)

Selengkapnya