Ri Mau Incar Minyak Murah Dari Rusia

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Indonesia tengah mengkaji kesempatan impor minyak dari Rusia. Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan kesempatan itu datang setelah Indonesia berasosiasi dengan BRICS.

Apalagi, Purnomo mengatakan sejak perang dengan Ukraina, ekspor daya dari Rusia tidak lagi ke Eropa. Indonesia pun tengah menangkap kesempatan tersebut.

"Sejak perang Ukraina dengan Rusia itu daya Rusia itu tidak masuk ke Eropa. Mereka berpikir dalah satunya dia memasukkan ke wilayah Asia Pasifik. Nah ini sedang kita telaah apakah kita tangkap kesempatan ini," kata dia dalam obrolan di Menara Global, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia diketahui merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Negara itu bisa memproduksi minyak 10,75 juta barel per hari.

Selain itu, Purnomo juga mengungkap untung Indonesia dengan negara personil BRICS lainnya. Dengan Brasil, menurutnya Indonesia dapat belajar dalam mengembangkan komoditas perkebunan menjadi daya unggulan.

Sementara dengan India, Indonesia bisa memanfaatkan kebutuha batu bara nan besar di negara itu. Indonesia sendiri merupakan penghasil batu bara nan sangat besar.

"India is the big Market untuk batu bara kita. Jadi market terbesar itu untuk batu bara itu China dan India. Tadi saya sampaikan ya bahwa jika kita tuh net importer minyak ya balance of trade kita besar lantaran di minyak tetap, tetapi ekspor batu bara," terangnya.

Kemudian dengan China, negara itu dinilai mau berinvestasi di Indonesia. Kesempatan itu perlu diamankan oleh Indonesia lantaran diperlukan juga untuk mendorong ekonomi negara.

"Seperti tadi saya bilang di dalam GDP nomor dua itu kuncinya di investasi, nomor satu di konsumsi. Dan kemudian ekspor impor. Jadi China itu mau untuk bawa duit ke sini. Tapi memang perlu ada divestasi dari investasi," terangnya.

Terakhir dengan Afrika Selatan, Indonesia dapat belajar gimana batu bara diubah menjadi sumber daya nan lebih ramah lingkungan. Contohnya batu bara nan diubah menjadi gas alias Dimethyl Ether (DME).

"Nah kita punya batu bara sampai 150 tahun. Can we do that? Yes tapi ada problem itu nan terjadi di Sumatera Selatan kemarin. Apa problemnya? batu bara sudah jadi DME, tapi waktu dia diadu di market, dia kalah dengan LPG. Loh kenapa? lantaran LPG-nya disubsidi harga, that's the problem," pungkasnya.

(ada/rrd)

Selengkapnya