Ri Hampir Pasti Setop Impor Bbm Dari Singapura, Pertamina Bilang Gini

Sedang Trending 19 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pemerintah Indonesia berencana bakal menyetop impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura. Rencananya impor tersebut bakal dialihkan dari Amerika Sekitar dan negara area Timur Tengah. Adapun impor BBM dari Singapura saat ini sekitar 54-59% dari total keseluruhan impor BBM RI.

Menanggapi perihal tersebut, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menyatakan siap mengikuti pengarahan pemerintah. Ia mengatakan Pertamina bakal melakukan kajian komprehensif atas rencana tersebut sembari menunggu pengarahan resmi dari pemerintah.

"Prinsipnya kita bakal mengikuti pengarahan pemerintah. Sambil menunggu pengarahan resmi, kami juga bakal mengkaji dan mensimulasikan seluruh aspek secara komprehensif, termasuk logistic costnya," kata Fadjar saat dihubungi detikaicom, Minggu (11/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fadjar menambahkan, saat ini PT Pertamina Patra Niaga tengah melakukan perbaikan akomodasi di sejumlah dermaga BBM. Meski begitu, perbaikan tersebut tak secara langsung berangkaian dengan rencana peralihan impor BBM dari Singapura ke AS maupun ke negara area Timur Tengah.

"Pertamina Patra Niaga saat ini memang tengah melakukan revitalisasi akomodasi di sejumlah dermaga penerimaan BBM," katanya.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan pertimbangan Indonesia menyetop impor BBM dari Singapura lantaran nilai beli BBM dari Singapura dinilai sama dengan nilai beli di area Timur Tengah. Hal ini diketahuinya setelah dilakukan pertimbangan terhadap pengadaan impor energi.

"Impor BBM kita 54-59% itu berasal dari negara tetangga kita (Singapura). Setelah saya cek kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya jika begitu, kita mulai berpikir bahwa mungkin, bukan kata mungkin lagi nih, sudah nyaris pasti kita bakal mengambil minyak dari negara lain nan bukan dari negara itu," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025).

Bahlil mengatakan rencana penyetopan impor tersebut bakal dilakukan secara bertahap. Di mana rencana penyetopan itu ditargetkan bakal terjadi dalam kurun waktu enam bulan ke depan.

"Bertahapan ya. Tahap sekarang mungkin bisa sampai 50-60 persen. Dan mungkin suatu saat bakal nol," katanya.

Ia mengatakan, penyelenggaraan waktu tersebut dilakukan sejalan dengan menyiapkan prasarana bagi kapal-kapal besar nan bakal mengangkut bbm dari area Timur Tengah maupun Amerika Serikat (AS).

"Sekarang kita, Pertamina, lagi membangun dermaga-dermaga nan bisa impor nan besar. Karena jika dari Singapura kan kapalnya nan kecil-kecil. Itu juga salah satu alasan. Jadi kita membangun nan besar, agar satu kali tidak ada masalah," katanya.

Bahlil menambahkan, argumen lainnya adalah adanya kondisi geopolitik nan terjadi saat ini, di mana Pemerintah AS menerapkan tarif resiprokal sebesar 32% kepada Indonesia.

Adapun untuk mengatasi tarif tersebut, Bahlil bilang Pemerintah Indonesia tengah melakukan negosiasi dengan Pemerintah AS. Dalam negosiasi tersebut Pemerintah Indonesia menawarkan untuk membeli produk LPG, minyak dan juga BBM ke AS.

"Tidak hanya itu, ini ada masalah geopolitik, geoekonomi. Kita mungkin juga kudu membikin keseimbangan bagi nan lain," katanya.

(rrd/rrd)

Selengkapnya